Kamis, 27 Agustus 2015

Papandayan with GGS

Naik gunung hobi baru yang mulai aku geluti..
oke, pada tulisan ini aku akan menuliskan mengenai perjalanan muncakku ke papandayan. Sebenarnya masih ada kisahku naik gunung cikuray dan papandayan edisi pertama tapi tulisanya masih belum selesai..hhe 

Grup wa pun muncul "papandayan 14-16 agustus 2015 awalnya hanya ingin menemani temanku novi ke papandayan karena sudah janji ikut trip dan belum puas juga ke papandayan karena sebelumnya engga ngcamp.
"Okelah aku ikut"

Kami ikut trip papandayan yang diselenggarakan GGS Adventure penanggung jawabnya bang igor. Jangan tanya ggs itu singkatannya apa? Karena sampai sekarang pj nya pun gak perna kasih singkatan yg sebenarnya adalah "Ganteng-Ganteng Seringgila", "Gadis-Gadis Shalihah", Ganteng Genit Sekali" ahaha tp singkatan GGS sebenarnya gak penting..wkwk

Setelah berhari-hari berkomunikasi via grup wa akhirnya fiksasi yang join 17 orang. Kami berangkat hari jumat 14 agustus 2015 dari kp.rambutan. Peserta dibagi menjadi dua grup logistik aku, indri, novi, bang hendra, bang agus, bang andre(*ketua), mba tatik segrup di grup 1.

Perjalananpun dimulai, tepat pukul 23.00 WIB kami berangkat menaiki bus kp.rambutan-garut. Tidak disangka rata-rata penumpang adalah pendaki, ada yang mendaki ke papadayan, cikuray, guntur dll. Garut sendiri merupakan kota yang dikelilingi banyak gunung yaitu cikuray, papandayan, guntur, sakti, galunggung. Tidak heran week end dan hari libur garut selalu dikunjungi para pendaki gunung model kita-kita ini..hehe 

Perjalanan kami lalui dengan tidur karena harus menyiapkan energi untuk esok hari. Tepat pukul 04.00 WIB kami sampai di terimal guntur. Benar-benar pemandanga yang baru aku rasakan, pagi-pagi buta terminal begitu ramai dan ini ramai oleh para pendaki 
"biasa diluaar eh luar biasa maksunya"

Selesai sholat subuh di musola depan stasiun kamipun melanjutkan perjalanan menuju cisurupan. Untuk ke cisurupan bisa menggunakan mobil elf biasanya para pendaki papandayan beramai-ramai sewa ini elf. Dari cisurupan dilanjut naik kol bak menuju camp david. Karena jalan cisurupan sedang ada renovasi kami pun melewati jalan perkampungan. Tak apalah dari sini kami bisa menikmati kegagahan gunung cikuray ditemani sunrise yang begitu mempesona. Baru sebulan lalu aku naik dipunggungmu duhai cikuray, puncakmu begitu runcing menandakan betapa penuh pengorbanan untuk menaikimu, tetapi lelah itu terbayar dengan keindahan negeri diatas awan dan pesona sunrisemu.

Belum juga pendakian dimulai kami sudah diputar-putar oleh kol bak. Jalan yang rusak membuat laju kol bak semakin garang. Kondisi seperti ini yang hanya bisa dirasakan oleh kita. Pokoknya serulah, selfie, diguncang-guncang, diteriakin oleh anak-anak dijalan karenanke hebohan kita, rempong-rempongan.. #acikiwiir

Ini kerempongan kaia
Selamat datang dipapandayan :)


Sesampainya di camp david kamipun beristirahat dan sarapan disebuah warung. Dilanjut dengan prepare nanjak. Selesai itu kami lanjut ke sebuah pos untuk lapor dan bayar simaksi kedua. Simaksi pertama dilakukan di gerbang masuk camp david kemarin sih kenanya Rp 17.500/org. 

Nanjak dimulai dengan tos bersama tanda semangat menuju kawah belerang. Perjalanan menuju kawah belerang cukup melelahka. Jalan yang berbatu, menanjak serta terik matahari yang semakin memanas ditambah aroma belerang yang begitu menyengat membuat pendakian semakin melelahkan belum setengah dari luas kawah kami susuri kami sudah beristirahat duluan, tapi lumayan bisa sekalian selfie sambil memandangi kawah belerang serta mencium aroma belerang.

Sampai diatas kawah kami melewati warung-warung makanan katanya sih namanya warung si amang menuju perbukitan. Dipapandayan tidak usah takut kehabisan logistik karena sepanjang pemberhentian banyak warung yang menjajakan jajanan dan minuman. istirahat sebentar sambil megatur nafas sembati mandangin kawah belerang..

"Subhanallah maka nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan"




Maha gagah ciptaanNya.
Langit biru, kawah yang mengeluarkan asap belerang, pepohonan yang hijau, Tuhan terima kasih, bantu kami untuk menjaganya.

Panas terik masih menemani perjalanan kami. Memasuki perbukitan jalan sudah lebih landai bahkan ada turunan. Adapula sungai kecil membatasi turunan dan tanjakan tetapi air disungai ini tidak bisa diminum karena dikhawatirkan masih mengandung belerang. Sesampainya dipertigaan kami menemukan jalan yang lumayan melelahkan. Kami ambil jalan kiri karena lebih cepat tapi cukup melelahkan karena kami harus menanjak dengan posisi mulut kami hampir mencium lutut, sungguh melelahkan. Rasa lelah selalu bisa terobati karena kami saling menyemangati satu sama lain padahal sama-sama kelelahan. Suasana seperti itulah yang tidak bisa aku dapatkan di tempat lain. 
Menyemangati padahal kau sendiri lelah.
Berbagi padahal kaupun punya seadanya.
Tak segan untuk meminta tolong.
Tak segan untuk beramah tamah.
yah hal seperti ini lah yang aku dapatkan dalam sebuah perjalanan.

Sampai dipos menuju pondok saladah, aku lupa nama pos ini yang jelas tetap ada warung-warung. Kami lanjutkan perjalanan butuh sekitar 15 meit menuju pondok saladah. Dipondok saladah kami akan mendirikan tenda. Biasanya para pendaki memang di pondok saladah untuk mendirikan tenda. Di papandayan tidak perlu khawatir untuk area pendirian tenda karena banyak tempat yang luas untuk pendirian tenda. Jadi sebanyak apapun pendaki dipapandayan pasti akan dapat tempat ngecamp juga (*karena papandayan tidak perna sepi dengan pendaki..hhe)



Selamat datang di area camp "pondok saladah" tidak usah terburu-buru karena tenda sudah berdiri rapih.hhe sebelumnya ada bang ferdy, bang juni, bang dani dan wahid dari grup 2 yang sudah sampai duluan jadi tugas mereka diriin tenda..hhe

Selesai beres-beres dan makan tepat pukul 4 sore kami berjalan ke tegal alun untuk berburu sunset. Ini yang ditunggu-tunggu. Selama diperjalanan kami isi dengan canda tawa serta selfie.



 Selfie sudah jadi keharusan lumayan buat dokumentasi sekalian bukti cerita ke anak cucu..hhe karena ke asyikan selfie aku, indry, novi dan bang igor ketinggalan rombongan kami. Akhirnya bang igor mutusin buat motong jalan naik tebing gitu. Ternyata bang igor sendiri belum perna lewat jalur ini alhasil nyasar bareng 6 orang pendaki lain. Sempat debat pendapat mau lewat mana ternyata jalan buntu. Track nya pun engga kira terjal, tinggi akupun hampir gak bisa manjat hari juga udah mulai gelap. Terus berjalan akhirnya nemu jalan landai. Terus cari jalan biar sampai tegal alun ternyata buntu semua akhirnya bang igor mutusin buat putar arah, jalan dikit terdengar suara orang dan ternyata itu bang andre.
"Dari mana dre?" Tanya bang igor
bang andrepun jelasin teryata dia salah jalan mau pulang karena dia abis dari tegal alun kita paksa saja buat anterin kita dulu ke tegal alun..hhe
Aku indri dan bang andre




Akhirnya mata ini bisa melihat hamparan bunga edelweis meski belum mekar. Mungkin kalau mekar akan indah sekali. Ini kedua kalinya aku melihat bunga keabadian ini pertama di surya kencana kedua disini tegal alun.
Novi indri dan aku


Setelah bertemu dengan teman-teman GGS dan selesai berfoto-foto kamipun langsung menuju camp. Meski tidak mendapat sunset tak apalah jalur nyasar dan hamparan edelweis sudah membayar semuanya :)

Malam hari

Indah nian langit dari papandaya ini. Malam itu langit ditaburi bintang. Selain menatap langit biru, awan putih, sunrise dan sunset. Memandangi langit malam dengan taburan bintang adalah hal yang aku suka. Ada ribuan pujian yang tak bisa aku utarakan dan hanya takjub serta syukur yang bisa kuucapkan meski dalam hati ini.
Tuhan Maha indah, sungguh indah malam itu biarlah mata ini yang merekam keindahan langit itu.

Dinginnya malam membuat tubuh ini tidak mau keluar dari sleeping bag kami istirahat hingga adzan subuh.

Persiapan berburu sunrise. Aku tidak begitu bersemangat untuk sunrise karena dingin yang menusuk-nusuk tulang akhirnya kita putuskan jam 6 saja ke hutan mati..
alhamdulillah kaki ini kembali menginjakkan hutan mati, panorama alam yang begitu eksotis. Hutan ini memang mati tetapi dia masih bisa memberikan pesonanya :)

Pagi hari

Selesai berburu sunrise kami persiapan makan pagi dan packing. Kami memasak semua sisa logistik. Menu pagi itu mie goreng, roti bakar, sarden. Tidak nyambung sih tapi kalau lapar abis saja..hhe
Selesai makan dan packing kami langsung turun agar tidak terlalu sore sampai terminal guntur.
Tidak disangka jalur pulang begitu ramai, sepanjang jalur turun ngantri. Ternyata para pendaki ini ingin ngcamp saat 17 agustus sekalian merayakan kemerdekaan di papandayan. 
"Ayo semangat..hhe"
Sampai camp david kami langsung naik kol bak menuju terminal guntur. Dari guntur bersih-bersih, makan, sholat dzuhur lalu lanjut naik bus menuju kp.rambutan untuk pulang kerumah masing-masing

Perjalanan papandayan ini sangat berkesan, aku terpesona dengan keindahan alamnya mulai dari kawah belerang dengan baunya, pondok saladah dengan kesejukannya, hutan mati dengan keeksotisannya, tegal alun dengan edelweisnya. Sempurnaa.
Serta teman-teman dengan perbedaan karakter masing-masing dan canda tawanya.

Terima kasih untuk kebersamaannya..
GGS! Acikiwirr



Sabtu, 06 Juni 2015

Jelajah Dieng Part II & Muncak di Gunung Prau bagian 2: Sejuta Keindahan



Gunung Prau adalah sebuah gunung yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng tepat di perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung yang mempunyai ketinggian 2565 mdpl ini kerap dipandang sebelah mata oleh para pendaki, karena tingginya yang tidak seberapa, namanya pun seakan hilang tertelan dengan nama besar Sindoro Sumbing yang berdiri gagah tak jauh dari gunung prau ini. Dan nama Gunung Sikunir lebih dikenal para kalangan wisatawan yang berkunjung ke dataran tinggi dieng dan ingin menikmati matahari terbit yang konon katanya adalah Golden Sunrise. Tapi Gunung Prau memiliki semua yang tak dimiliki Sikunir dan tempat lainnya di dataran tinggi Dieng.
Awal pendakianpun berfikir mudah untuk mendaki prau yang hanya bisa dikejar dengan waktu 2 jam. Dan tibalah saat pendakian. Ternyata tidak seperti yang difikirkan. Pendakian dengan anak tangga yang tinggi mulai dari anak tangga yang disemen, tangga tanah hingga tangga berbatu trek lumayan ajib dan menguras energi deh. Tjakeplah!
Setelah keliling dieng kami tiba di desa Pathak Banteng pukul 11.30 singgah di rumah peristirahatan warga untuk ISHOMA dan persiapan pendakian. Kami memulai pendakian jam 14.30 dan untuk urusan registrasi telah diurus oleh guide kita pak ari..hhe
Pendakian dimulai..
Sebelum mendaki seperti biasa pengabadian moment..hhe untung guidenya pengertian dan selalu memotivasi untuk selfie..ahaha
Pak rama nana syura dede phia nopi indri pak cahyo

Edisi belakang,,hhe

Sebelum mulai ini moment yang keren. Berdoa.hhi. tetap saja apapun yang kita akan lakukan mulailah dengan berdoa karena ada energi tersendiri untuk melalukan sesuatu.
Lankahpun dimulai.
Uwow.. awal pendakian sudah disuguhi dengan anak tangga. Ini kelemahanku ngosngosan kalau ketemu tangga..hhe
Dan benar aku berada diposisi belakang. Tapi tak apalah justru mendaki itu belajar tentang bagaimana menaklukan diri dan ego kita. Karena dus rekanku  jauh lebih lemah dariku akhirnya disini aku belajar untuk perhatian terhadapat temanku. Aku temani mereka untuk beristirahat dan memotivasi untuk semangat..hhe

cemungudhh eeaaaa :)

Baru sampai pos I setelah melewati tanjakan jalan lebar bebatu kita disuguhi lagi anak tangga bedanya anak tangganya berbatu dan tanah.
Dan seperti biasa dieng memang selalu indah. Inilah mengapa tulisan ini aku namai sejuta keindahan. Asli, sepanjang perjalanan kiri-kanan hanya disuguhkan dengan keindahan alam dieng. Perkebunan warga yang berpetak-petak, telaga warna dengan sejuta keindahan warna airnya, view cantik yang bersanding gunung sindoro-sumbing, dataran tinggi dieng, indahnya samudra awan, langit biru hingga matahari senja yang menemani penakian kami. “Subhanallah” begitu indah alam ciptaanMu ya Rabb, bantu kamu untuk menjaga dan melestarikannya. 

“Ada syukur dan pujian tiada henti saat aku memandangi alam ciptaanNya. 
Biarlah kaki ini yang berjalan dan hati yang bercerita”

Kamipun sampai dipos II. Tak lupa selfie dulu..hhe
pos II

Selama perjalanan kami isi dengan canda tawa. Bahkan kami melempar canda pada pendaki lain yang bertemu saat beristirahat dipos II. Setelah selesai sampai dipos III kami lanjut jalan saja karena ingin berburu sunset di puncak..hhe
Tetapi ternyata mencapai puncak tak semudah yang dibayangkan. Tracknya lebih ajib deh. Kami hampir mencium tanah ketika menaiki tangga-tangga tetapi Maha karyaNya, perjalanan kami disuguhkan dengan view gunung sindoro yang seolah-olah memanggil aku untuk datang mengunjunginya..hhe 

salam sindoro-sumbing
ditambah samudra awan yang begitu indah menemani matahari senja yang akan turun diperpaduannya, ah sungguh menawan sore itu. Keren tak bosan memandangi kanan-kiri dan berfose dengan berbagai gaya..hhe
Samudra awan
Ngaso sejenak

Sang Surya yang Begitu Menawan

Setelah puas memandangi alam dieng, kamipun melanjutkan perjalanan. Udara semakin dingin dan langit mulai memerah. Tepat pukul 17.30 WIB kami sampai di area camp. 

Hore.. kita sampai
Seperti biasa kami malah sibuk berselfie ria sementari pak ari sudah melambaikan tangan untuk mendirikan tenda..hhe
Sore itu benar-benar indah. Gunung Prau menurutku kau memang indah tidak peduli track pendakian yang begitu sederhana yang jelas aku bersyukur pernah berkunjung ketempat sejuta keindahan ini. Sempurna.
Selesai mendirikan tenda, kamipun berbenah dan mulai meyiapkan makan malam. Pendakian kali ini sama sekali tidak kekurangan logistik. Menu makan kamipun lengkap..hhe nasi, sayur sop, teri dan ayam serta ditambah wedang jahe untuk menghangatkan tubuh. Malam itu kami tidak sepenuhnya menikmati alam tetapi benar-benar menikmati menu makan malam..ahaha
Karena ingin berburu sunrise dipagi hari, kami pun langsung tidur karena lelah pula saat mendaki tadi. Sebenarnya tenda aku tidak sepenuhnya tidur karena temanku nana hipotermia aku semalamam menemani dia, membantu dia menghangatkan tubuhnya yang dingin membeku seperti es tetapi alhamdulillah dia masih bertahan hingga pagi walaupun aku tau dia tidak tidur sepanjang malam dan aku yang menemanipun pulas tertidur karena lelah..hhe tengah malam akupun kedinginan karena tidak ganti baju tetapi bisa kuatasi dengan tidur karena kelelahan..hhe ini gak boleh diikuti yah selain jorok ternyata keringat bekas mendaki itu bisa membeku saat suhu dingin makanya aku tengah malam mati kedinginan..hhe
Minggu pagi datang aku pun keluar tenda dan diajak menaiki bukit untuk menonton panorama alam munculnya mentari pagi yang begitu mempesona. Secangkir energen menemani pagi itu yang begitu dingin. 

Selamat pagi dari Gunung Prau

Aku tak tahu berapa suhu dipagi itu tapi lumayan dingin tetapi ketika malam bisa mencapai 10 derajat celcius. Hingga teman-temanku menempelkan salonpas dihidung mereka karena meleer terus..hhe
 

Dan teriakan dari setiap bukit mulai berdatangan..
sunrise.. sunrise..

Seperti konser..hhe tetapi ketenangan dan kedamaian memandangi sunrise tetap ada sekali lagi “subhanallah begitu indah alamMu ini Ya Rabb bantu kami untuk menjaga dan melestarikanya”
Sekali lagi saya dihadapkan dengan sebuah momen pagi yang menakjubkan, Kali ini Gunung Sindoro dan Sumbing benar benar menampakkan wujudnya dari bawah hingga puncak. Awan awan lembut bak permadani yang terhampar  di langit yang luas, sinar hangat matahari pagi merasuk ke dalam kulit kami yang kedinginan. Sungguh pagi yang  indah.

berfosee
Setelah puas dengan pemandangan pagi itu kami bersiap menyiapkan sarapan pagi ditenda.
Inipun moment yang aku sukai masak..hhe menu sarapan pagi itu adalah roti bakar, nasi, mie rebus, sosis, kentang, sebenarnya gak nyambung karena mayoritas berkarbohidrat tapi tak mengapa selama digunung pasti habis.
Masak ala calon ibu..hhe

Pagi itu mungkin tenda kami selalu ngebul karena masakan kami.ahaha
Mari sarapan.
Roti bakar prau dgn view Sindoro-Sumbing

indahnya makan ditemani pemandangan sindoro-sumbing.
Persiapan turun, kamipun berkemas dan merapihkan tenda. Sebelum turun kami abadikan dulu kebersamaan kami ini yah.
ciiis,, Anggota lengkap

Sebelum turun pula kami cari spot dulu untuk berfoto. tadinya mau naik kepuncak prau diketinggian 2565 mdpl tapi karena apa daya tak bertemu dan kami berpisah dengan 4 rekan kami akhirnya kamipun memutuskan untuk langsung turun.
Pdang sabana & perkebunan bunga desi
Ngaso sebentar sambil menikmati bukit-bukit

 
Diperjalanan turun.
Ngantri BLT.
Eh ngatri turun maksudnya..hhe
antrian belum full..hhi

Tidak heran di gunung yang sudah mulai hits dan mudah akses pasti menemukan fenomena ngantri, keramaian ngecamp kaya dipasar. Mungkin karena kegiatan ini “kekinian” kali yah..hhi
Akhirnya samapi didesa Pathak Bantek again kamipun langsung ketempat peristirahatan untuk bersih-bersih, ISHOMA dan persiapan pulang. Tepat pukul 14.30 WIB kami diantar kembali ke terminal mendolo untuk pulang kedaerah masing-masing.

SEKIAN 

Rabu, 03 Juni 2015

Jelajah Dieng part II & Muncak di Gunung Prau bagian 1



WONOSOBO..
Akhirnya untuk kedua kalinya kembali mengunjungi kota ini. Berkunjung ke wonosobo memiliki kesan tersendiri. Kebanyakan orang mengenalnya dengan obyek wisata dataran tingginya yaitu DIENG tetapi kota ini begitu membuat aku jatuh cinta mulai dari tata kota masih menyerupai pedesaan alami, bersih, sejuk dan asri hingga makanan khasnya nasi megono tambah tempe kemul. Jika kita berkunjung kepusat kota wonosobo tepatnya di alun-alun kita akan melihat penampilan kota yang begitu sejuk dan rapih serta terpampang dengan jelas WONOSOBO ASRI sebagai slogan kota ini. Asli benar-benar asri. Langit biru, kota yang begitu rapih dikelilingi dengan pepohonan nan hijau dan lebat daunnya.
Oke itu baru sepenggal kesanku pada kota ini.
next.. sebenarnya aku dan keempat rekanku indri, novi, phia, nana dan adikku dede berkunjung kekota ini untuk pendakian ke gunung prau yang terletak didataran tinggi dieng. Kegiatan pendakian ini adalah hobi terbaruku yang membuat seluruh fokus dan keinginan berpindah 180 derajat pada kegiatan ini. Sebenarnya sejak aku smp aku sudah menyukai kegiatan bermain dialam tetapi baru sekitar 2013 setelah aku lulus kuliah D3 hobi ini bisa aku wujudkan..
ah, rasanya seperti seorang wanita yang jatuh cinta pada cinta pertamanya.
asli jatuh cinta pada kegiatan ini “naik gunung” uhuuuy
sebulan sebelum pemberangkatan memutar otak untuk pelaksanaan trip ini. Tadinya akan open trip besar-besaran jelajah prau-dieng II tetapi ditengan penantian  perjalanan berguguran hingga hari H yang tersisa 6orang yang akan berangkat..ahahaha tapi ya sudahlah semangat untuk berkunjung ke gunung prau tetap membara namanya juga sudah jatuh cinta ye.
Asli pengalaman pertama ngurusin trip. Mulai dari ngerjain itinerary, biaya, transfortasi, logistik, cari guide. Ternyata gak gampang banget  negosiasi, tanya-tanya, untung orang-orang yang ditanya termasuk ramah dan sabar ngadepin aku padahal akunya gak jadi pake jasa mereka..hhe terima kasih yah mas-mas.
Itu sepenggal kesan ngurusin trip ini. Lanjut yuk..
Hari H tiba kamipun belum punya tiket untuk berangkat ke wonosobo akhirnya temanku indri booking pagi-pagi untung berangkat sore itu juga. Alhamdulillah dapat 6 tiket @Rp100.000 jakarta-wonosobo.
Kamipun berangkat menggunakan bus sinar jaya pukul 16.00 WIB dari Kp.rambutan membawa tas yang gedenya setengah dari kulkaslah karena ukuran tas memang sedang yaitu 40L. 

“Berat barang bawaan akan terasa bertambah saat pulang. Karena kita menggendong setumpuk cerita yang tak akan pernah habis jika dibagikan”

Biasa dipanggilnya carrier ah ini kedua kalinya aku naik gunung menggunakan tas ini. Menurutku perjuangan bawa beban dipundak buat sampai puncak..hhe
Perjalanan kita lalui selama hampir 14jam biasanya hanya 12jam sekarang ngaret karena bus banyak berhenti entah untuk isi bensin, istirahat atau sekedar sopir atau penumpang kekamar mandi dan macet pula pas daerah pantura tetapi perjalanan tak terasa karena kita isi dengan bercerita dengan teman sebangku atau tidur..zzZZt
Tak terasa pemandangan gunung sindoro-sumbing dan bukit-bukit dataran tinggi dieng  yang berjejeran sudah menghiasi sisi bagian kanan dan ternyata kami telah sampai diwonosobo tetapi koq bis belum sampai terminal juga yah? Aku kira sudah lewat tetapi setelah sekitar 10 menit. Akhirnya sampai juga “selamat datang” menghiasi gerbang utama terminal ini
Yah “welcom to terminal mendolo” bagiku terminal ini khas yaitu karena terminal ini sepi, bersih dan asri sedikit kendaraan yang lalu lalang suara calo juga jarang  mungkin karena perbandingannya terminal dikotaku dan jakarta kali yah ini mah jauh banget..wkwkw


Bagian dalam terminal Mendolo-Wonosobo

Menunggu guide yang akan memandu perjalanan kami sambil ditemani sarapan nasi megono dan tempe kemul makanan khas ini favoritku karena rasanya unik sebelum berangkat memang telah kami agendakan untuk makan menu khas wonosobo ini yang paling unik tempe kemul dinamai ini karena tempenya diselimuti terigu “kemul” artinya selimut.. unikkan? Dan ditambah irisan daun kucay yang menambah rasa lain pada tempe ini.
dede, aku dan nana

Selamat makan dan tak lupa selfie sukaesih dulu yah..
nopi, indri dan phia


Trip baru dimulaiii.
kami ditemani pak ari sebagai guide dan dua rekannya pak cahyo dan pak rama sebagai porter kita selama diprau..hhe maklumlah 6pendaki ini cewek semua jadi gak kuat bawa carrier, tenda dan logistik..ahaha lain kali bawa teman cowok deh kalau mau naik gunung..hhi
Destinasi pertama yaitu alun-alun wonosobo. Sewaktu kedieng bulan oktober 2014 lalu bersama rekan-rekan Mbers pergi ke alun-alun ini malam jadi tidak bisa menggambarkan dengan jelas keadaan alun-alun ini tetapi tetap sejuk udaranya
Dan ternyata asli alun-alun ini indah, langit hari itu begitu biru, bersih dan cerah menambahkan keindahan lukisan kota wonosobo ini. Taman-tamanpun rapih dan pepohonan tumbuh dengan subur. Rapih deh pokoknya ini kota.
Alun-alunWonosobo

Wonosobo asri


Cis.. #gagalFokus hahah

And again
6 sekawan

Setelah selesai menikmati keasrian alun-alun wonosobo trip dilanjut ke telaga warna. Karena telaga warna telah aku kunjungi akhirnya kita memutuskan melihat telaga warna dari atas yaitu di bukit batu pandang ratapan angin. 

Masuk ke tempat ini cukup mengeluarkan biaya sebesar Rp. 10.000/orang. Jalan sedikit melewati perkebunan carica dan cabe sebenarnya masih banyak tumbuhan lain tapi yang aku kenal hanya itu..hhe tibalah kami dibukit yang menyoroti langsung telaga warna
Telaga Warna

asli..
“subhanallah”
Kerennya alam indonesia.
LukisanNya yang begitu mempesona.
Inilah Indonesiaku.
indri dede nopi syura phia nana



Telaga warna berada diketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Pemandangan danau yang tenang dengan permukaan air yang hijau dikelilingi pepohonan rindang dipadu dengan pantulan cahaya matahari yang akan membiaskan warna danau bak pelangi menjadi keunikan telaga ini. Sebenarnya keindahan telaga bisa dilihat dari berbagai sisi bukit karena waktu kita mengejar waktu untuk naik ke gunung prau akhirnya cukup sampai batu pandang saja.
Nih foto-fotonya deh
Akhirnya kita pun turun melanjutkan jalan menuju basecamp desa pathak banteng persiapan naik ke gunung prau.

Bersambung dulu yah
Next tentang pendakian digunung prau jauh lebih seru dan ahh gitulah pokoknya :D

Kamis, 07 Mei 2015

Karena Cinta adalah TAAT

Karena cinta adalah taat..
tak perlu risau, tak perlu bersedih.. tugas kita hanyalah taat..

Mainkan saya peran kita, dalam taat kepadaNya dan karenaNya..





"Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!"
Oleh : Salim A. Fillah
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan.
Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab.
Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis.
Mainkan saja peranmu, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk.
Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? Tetaplah berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut.
Mainkan saja peranmu dengan sebaik sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam, menengadah mesra bersamanya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati.
Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Adam yang menanti Hawa di sisi.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu.
Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah takdir manusia.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka.
Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.



Jumat, 17 April 2015

pendakian Gunung Gede with Muslim Adventure Tangerang




Pendakian?
“waw.. apa saya bisa join?”
H-7 sebelum acara pendakian gunung gede yang dilaksanakan oleh komunitas Muslim Adventure Tangerang baru aku memutuskan untuk ikut bergabung dalam pendakian ini.
Yang terlintas dalam fikiran adalah aku ingin mendaki, berdiri dipuncak dengan kedua kaki ku, melihat alam dari puncak dengan usahaku, merasakan betapa kecilnya aku dihadapan ciptaanNya yang Maha luas dan Maha indah. Tanpa berfikir panjang akupun ikut mendaftar. Awalnya aku diberitakan tidak bisa ikut karena pendaftaran sudah ditutup dan keesokan harinya aku mendapat kabar kalau peserta boleh ditambah.
“OK” aku pun menyiapakan perlengkapan untuk naik gunung seperti carir, matras, sleeping bag, jas hujan, senter dll. H-2 perlengkapan baru selesai aku siapkan dan packing aku kerjakan malam sebelum keberangkatan.
Kami mendaki lewat cibodas dan turun digunung putri. Jam 10.00 WIB aku berangkat dari rumahku dibogor menuju Tangerang. Ke cibodas itu lebih dekat dari rumahku tapi karena titik kumpul ditangerang maka aku memutuskan ke tangerang saja karena aku malas menunggu atau merepotkan..hhe
Akupun sampai tangerang sekitar jam 15.00 WIB dan langsung disambut oleh hujan yang begitu deras. Ada kekhawatiran sih bagaimana cuaca nanti malam saat naik ke gede yah? Ah, mudah-mudahan hujan sore ini saja, esok cerah dan pendakian kita lancar. Aamiin.
Kami kumpul di mesjid Al-Azom kota Tangerang. Mesjid yang menurutku  cukup modern, bersih, rapih, sejuk dan luas. Pukul 20.00 WIB mobil tronton pun datang menjemput kami.  Kami menggunakan tronton untuk perjalan pulang dan pergi cibodas tangerang.
Perjalananpun dimulai. Begini yah rasanya rame-rame dimobil tentara bersama barang-barang. Belum lagi dingingnya angin dan bisingnya kendaraan. Mobil mulai maju lebih kencang setelah memasuki tol jagorawi.
Alhamdulillah pukul 01:00 WIB kami sampai dicibodas. Sebelum memulai pendakian kami pun registrasi terlebih dahulu dan dilakukan pemeriksaan. Info untuk pemula yang ingin pendakian ke gunung gede ternyata pergi kesana tidak diperkenankan memakai sendal tetapi harus sepatu, tidak boleh membawa sabun, sampo dan odol karena limbah ini dapat mencemari air digunung. Jamgan seperti aku yang memakai sendal..hhe
Tepat pukul 02.00 WIB Pendakianpun dimulai. Dalam grup kami hanya ada 9 wanita. Setiap jalan wanita harus didepan..hhe dan uniknya baru jalan sebentar berhenti, jalan lagi berhenti  lagi karena ulah para wanita ini yang tidak kuat berjalan..haha
Subuh tiba kamipun berhenti sebentar untuk menunaikan sholat subuh berjamaah dan menyiapkan kembali energi untuk berjalan.
Aku berjalan selalu didepan dan menghindari berhenti karena kalau berhenti aku mudah kecapean alhasil aku ikut rombongan 9 orang yang jalan duluan memisahkan diri dari rombongan. Mendaki gunung tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak pelajaran hidup yang bisa aku dapatkan. Salah satunya buah dari ikhtiar dan kerja keras adalah hasil atau kemenangan. Beginilah mendaki ketika kita sudah berlelah-lelah berjalan puncaklah hasilnya. Eh tapi jangan lupa untuk menikmati prosesnya. Aku belajar sosial saat mendaki. Bagaimana kita menyapa pendaki lain, berbagi saat punya lebih dan meminta saat tak punya. Berbagi cerita dengan teman saat berjalan. Ada beberapa track yang aku suka. Pertama saat melewati air panas. Jalannya ditepi gunung dan harus memalui air panas yang mengalir. Aku kesulitan berjalan disini, pandanganku terganggu karena kacamataku terkena uap panas air. Tapi disini aku bisa melihat air panas terjun dipinggiran bukit.. sungguh indah ciptaaNya.
Kamipun melanjutkan jalan sampai kandang badak, istirahat sebentar dan melanjutkan jalan menuju puncak. Ternyata langit disebelah sudah mulai mendung kami memutuskan untuk menggunakan jas hujan. Dan benar sebelum masuk tanjakan setan hujanpun turun dengan derasnya. Disitu aku teringat masa kecilku yang selalu mandi hujan saat bermain. Kamipun mempercepat pendakian karena hujan semakin deras. Dipertigaan kami menemukan jalan alternatif untuk menuju puncak. Kami terus berjalan, tak terasa kakiku lemas dan rasanya tak sanggup untuk meneruskan perjalanan. Kakiku semakin sulit bergerak karena terkena aliran air hujan. Jalan yang kita lewati berbentuk tangga yang tinggi dan berbatu aku semakin kesulitan untuk menaiki anak tangga ini. Ku persilahakan teman-teman dibelakangku untuk jalan duluan. Seorang teman memberiku saran untuk beristirahat dan tak usah memaksakan. Aku ditemani temanku untuk beristirahat.
“aku kuat untuk naik tapi lama nyampenya, kalau mas mau duluan gak papa..”
Karena temanku khawatir dengan kondisiku dan kita pun sudah jauh dari rombongan akhirnya dia menemani aku untuk beristirahat. Aku mulai menanjak lagi sedikit demi sedikit dengan tenaga sisaku. Setelah hujan reda aku bertemu dengan rombongan 9 orang temanku kamipun melanjutkan naik kepuncak.
Aku kira penderitaan kita telah selesai ternyata belum. Puncak tak kunjung kita temukan tetapi hamparan dataran dan kawah belerang sudah terlihat didepan mata. Subhanallah maha indah alam ciptaanNya. Sesampainya dipuncak kami pun menikmati keindahan puncak gede. Kuabadiakan sore itu bersama kameraku walau kameranya hilang saat turun tapi mata ini tidak bisa dibohongi untuk merekam lengkap keindahan gunung gede. Tak hanya disitu aku bisa melihat dengan jelas sunset hingga tenggelam keperaduannya. Merasakan udara dingin gunung gede yang menusuk hingga tulang sampai hidungpun meler dibuatnya.
Setelah tiba di alun-alun suryakencana kami mendirikan tenda untuk beristirahat. Dalam pendakian ini banyak syukur dan kekagumanan yang aku rasakan. Mulai dari cerita pendaki yang tersambar petir hingga temanku tak berhenti untuk berdzikir, ketakjuban teman melihat alam ini yang begitu besar dan indah dibanding dia yang maha kecil, mendirikan shalat saat masuk waktu shalat ditengah perjalanan, tolong menolong antar pendaki..
Dan itulah perjalanan ku ke puncak gede 3-4 april 2015.

Biarlah kaki yang berjalan dan hati yang bercerita.. serta biarlah mata yang melihat dan pikiran yang merekam akan indahnya panoramaMu..
Terimakasih tuhan atas nikmatMu, sehingga kami bisa merasakan alamMu yang indah ini.

salam kangen di trip selanjutnya :)