Sabtu, 22 Oktober 2016

Menikmati hari diNegeri Laskar Pelangi


Betapa tak sabar rasanya untuk travelling ke belitung, sebuah negeri laskar pelangi dikenal karena novel dan film ini berlatar tempat dibelitung. Sebuah pulau impianku, pulau kecil tapi ribuan pantai nan indah mengelilinginya.
Saat menginjakkan kaki dibandara DJ Hanandjudin, aku merasakan udara yang cukup hangat dan semesta menyambutku dengan gerimis kecil yang malu-malu. kemudian ia urung untuk membasahiku sepertinya gerimispun ingin benar-benar mempersilahkan aku menikmati daerah ini. Lalu hangat pun mempersilahkanku.
Bandara yang tak cukup luas ini begitu hening. Tak banyak aktifitas setelah selesai bongkar muat barang. Hanya ada pesawat yang aku tumpangi yang menepi. Meskipun sepi tetapi hatiku begitu riang gembira karena pada akhirnya aku bisa benar-benar menginjakkan kaki dibelitung.
Aku bersama dua rekanku gina dan salwa menunggu dijemput oku dan opik mereka adalah adik dari teman abangku.
Mobilpun berjalan menuju belitung timur daerah manggar. Destinasi pertama kami ingin mengunjungi replika SD Muhammadiyah didaerah Gantong yang dibangun hasil dari film Negeri Laskar Pelangi.
Perjalanan kami tempuh selama satu jam. Setetes demi tetes air hujan turun membasahi jalan. Lama kelamaan tetesan itu membabi buta seolah langit sedang menangis sejadi-jadinya. Kamipun diam seketika.
Bagaimana cara kami menikmati hari ini?? Hujan semakin menjadi.
Resah rasanya tapi oku tetap mengemudikan mobil sampai tempat tujuan.
Sekejap aku termenung tujuan kita masih didepan kenapa harus resah? Disini memang hujan tetapi setelah hujan ada kemungkinan muncul pelangi? Lamunanku semakin mendalam. Jika tentang kehidupan dihampiri oleh kesulitan seharusnya kita tak boleh menyerah, berusaha saja sampai satu tujuan tercapai karena kemungkinan yang indah itu ada.
Dan mendekati daerah gantong jalan yang basah berubah kering ternyata disini tak hujan seolah melihat terang setelah gelap.
Sampai juga di replika SD Muhammadiyah disini benar-benar kering meski langit mendung tapi kami tidak mau kehabisan moment.


Seolah masuk ke bagian film laskar pelangi. Berlari-lari didepan sekolah. Tiba-tiba segerombolan ibu-ibu datang entah rombongan dari mana dan yang membuatku surprise adalah ternyata mereka membawa bu muslimah salah satu tokoh yang ada di novel laskar pelangi seorang ibu guru yang berperan dalam mendidik anak-anak sd muhammadiyah serta sosok berarti penulis Andrea Hirata. Meski lihat dari kejauhan aku cukup senang :)


Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan menuju musium kata andrea hirata. Haripun semakin gelap tak terasa gerimis mulai turun. Setelah sampai di musium kata kami disambut dengan pemandangan rumah berwarna pelangi dihiasi kata-kata motivasi terbaik dari andrea hirata. Semakin tak sabar untuk masuk. kami melihat-lihat dari luar karena masih banyak pengunjung kami beristirahat dahulu dan sholat dzuhur.
Setelah selesai kami mulai mendekat ke arah musium. Sembari melihat-lihat tulisan-tulisan motivasi dari Andrea Hirata. Ketika kami hendak masuk kedalam kami diberi kabar kalau musium tutup karena sedang renovasi. Rasanya sedih tidak bisa melihat-lihat hasil karya andrea hirata. 

Salah satu bagiam dari musium kata

Hujanpun turun dengan derasnya kamipun berlarian menuju mobil. Lengkaplah kesedihan kita cuaca benar-benar membuat galau. Kamipun bingung dengan hujan ini tak banyak tempat bisa kita singgahi kalaupun ke pantai tidak bisa meikmati pemandangannya. Mau nyebrang pulau pun bahaya.
Seolah pasrah dengan cuaca kamipun memutuskan untuk mencicipi kuliner khas belitung. Seolah bang oku dan bang opik merasakan aroma kekecewaan akhirnya mereka mengajak kami makan disalah satu tepat makan yang unik dan cukup diminati oleh wisatawan yang berkunjung kebelitung yaitu warung belitung timpo doloe makanan yang ditawarkan khas belitung ada gangan kepala ikan, otak-otak ikan khas bangka, rendang kerang dan lainnya tak lupa kami memesan minuman khas belitung yaitu es jeruk kunci ini menyerupai jeruk peras tapi perbedaannya dari keasamannya. Jeruk kunci lebih asam dan bijimya pun lebih besar.


Setelah puas makan kami habiskan senja di pantai Tanjung Pendam. Dipantai ini adalah sunset terbaik yang bisa kita lihat. Kami berkeliling mencari spot terbaik untuk menikmati matahari tenggelam ke peraduannya. Seolah sunsetpun ingin melengkapi kekecewaan kita ia pun enggan untuk memperlihatkan pesonanya. Hanya semburat jingga yang terlihat.


Tapi tak mengapa bisa berada dibelitung pun sudah menjadi kepuasan sendiri.
Tuhan terima kasih kau masih memberikanku kesempatan untuk berjalan menjelajahi negeriku yang amat indah.