Sabtu, 04 November 2017

Pendakian Semeru


Tulisan ini akan menceritakan perjalanan semeru kami. Kenapa kami karen kita ramean lagi..hehe

Sebetulnya bingung mau ceritain sisi sebelah mana karena perjalanan ini ga ada yang spesial jadi datar gitu dan dingin kaya sikap kamu #eh

Tapi berkat akunya yang lagi semangat cerita ditambah gak bisa cerita sama partner gosip sebut saja dia sri jadilah blog ini pelampiasannya..hahaha

Well, sebelum keberangkatan seperti biasa drama gak perna lepas dari kehidupan kami. Mulai dari ribetnya pesan tiket kereta, riwehnya daftar online untuk pendakian hingga aku yang ga dapat izin hingga hari keberangkatan.
Memesan tiket kereta. Awalnya kita mau berangkat berlima saja yaitu hanjar, om yo, arif, sri dan aku. Setelah beberapa hari kang asep dan eca mau ikut juga akibat gak terima kalo cuman denger cerita saja. Beberapa hari kemudian lagi popi pengen ikut juga bareng temennya upay. Karena tiket diawal sudah habis akhirnya mereka yang ikut belakangan ngambil tiket sehari setelah kita. Dan setelah beberapa hari om yo ga dapat izin cuti akhirnya dia tuker keberangkatan dengan popi terjadilah refund yang penuh perjuangan hingga akhirnya om yo kang asep dan eca berangkat bareng dihari kedua. Just info kalau mau tuker tiket langsung ke tempat offline nya saja bawa identitas dan surat kuasa bermaterai dari yang punya tiket terus nanti minta petugasnya deh kalau kursi nya ditukar ama temannya. Mudah sebenarnya asal mau ngurusin.

Perjuangan untuk tiket berangkat sudah selesai. Drama berikutnya bernama daftar online. Ya daftar online itu harus mengisi semua personil dan detail. Jadi yang ngisi itu sri. Sri isi semua identitasnya setelah selesai lanjutlah ke step selanjutnya, dikarenakan ada yang kurang dia balik ke home sebelumnya dan jeng jeng identitas yang sudah susah payah dia ketik hilang akibat kelamaan nunggu data yang kurang 😅😅 buat isi ini form ampe dua hari ditambah drama bayar pendaftaran. Kita semua gak ada yang pake mbangking, sri yang baca info nya bilang transfernya harus via BNI. Seharianlah dia cari bank BNI yang ternyata letaknya itu pas deket kosn dia (*pusing pala deh) sungguh kelakuan yang ckck. Dan setelah baca ulang ternyata boleh transfer dari bank manapun (*ya salam) sri again ckck 😪

Drama ketiga bernama izin orang tua dan endingnya diizinin berangkat. Drama ini gak usah diceritain deh.

Pendakian pun dimulai. Meeting poinya itu di Basecamp Ranu pane. Setelah melakukan pendaftaran ulang kami di briefing oleh relawan setempat terkait pendakian, jalur dan cuaca. Kegiatan ini cukup baik dan menurut pribadi harus diikuti digunung manapun. Melihat saat ini pendakian itu sedang nghits-nghits nya, briefing terhadap pendaki itu bisa jadi serangkaian kegiatan dalam simaksi sebagai bekal dalam pendakian.

Setelah briefing kami berkumpul untuk berdoa. Yes, aku harus berdoa lebih khusyu. Entahlah mungkin karena masih tahap adaptasi dengan semeru atau masih was-was dengan orang dirumah  apa ini mountening snickness?? Gak tau lah yang jelas hati was-wa..hiks Tapii, aku berusaha tenang. Berusaha buat gak mikir negatif, ngobrollah sana-sini dan pas banget pas ngobrol sama popi. Dia dapat pesan dari temannya "nikmatilah lelah, jangan berfikir negatif" saat itu juga hati gueh tenang, yes tenang banget sampai gueh bisa berdoa dengan khusyu. Lanjutlah jalan sambil ngemut permen dari upay yang gak abis-abis kaya jalan setapak menuju pos 1. Lelah, kenapa jalur semeru gak indah ya? Padahal dari cerita yang didapat rakum itu indah? Mulai bete tapi nyoba hibur diri lagi. 

Berbincanglah sana sini.

"sri, semeru sri" 

Aku mulai mengingatkan sri, akhirnya kita bareng ke semeru tp feel yg tercipta itu datar banget. Padahal semeru itu mimpiku, mimpi sri, mimpi eca. Tapi beneran semua jadi biasa. Akhirnya yaudah aku ikuti aja alurnya. Terus jalan sampe pos2, pos3 dan sampailah kita dipinggiran ranu kumbolo yang katanya surga para pendaki hingga malam kita habisin dengan tidur.

Selamat pagi dunia. Dengan mood yang sama aku coba bangun feel pendakian yang biasa aku rasakan. Lanjut jalan ke Kalimati lewat tanjakan cinta dan mungkin alam buat aku jatuh cinta seketika mood pendakian kembali. Its amazing didepan mata ada sabana yang luas banget walau kering tapi tetep indah. Mencoba menyendiri, misah dari rombongan. Aku jalan dihamparan verbena yang kering. Liat keatas, ke kiri ke kanan. Takjub beneran. Rasanya pengen ke puncak juga terus sujud deh. Tapi aku harus inget just sampai kalimati ra.

Sampai ujung verbena ketemu arif, om yo dan kang asep. Ngebanyol lah ama mereka dan istirahat di Cemoro kandang sambil nungguin yang lain. Kemudian lanjut jalan sampai kalimati.

Habisin hari dikalimati. Masak-masak sampai diskusiin mau ke puncak atau engga. Siapa sih yang gak mau ke puncak?? Akulah contohnya. Kalau sampai ke puncak yang pertama aku lakuin itu sujud sambil nyium tanah atap tertingginya jawa. Yes beneran deh mungkin air mata juga bakalan banjir. Tapi keinginan gak selamanya harus diikuti bukan?? Tahan-tahan lah. Aku meyakini diri bahwa ada waktunya aku akan melakukan itu.
Pagi hari bermain dikalimati sambil mandangin mahameru. Pagi itu kecewa pasti terutama terlihat di wajah nya upay. Upay duduk disekitaran ilalang sambil mandangin mahameru kalau diajak ngobrol mimik wajahnya itu terlihat jelas sedih sambil ngomong next kesana. Kasian banget sama si upay. Next upay dan kita semua segera kesana yah.

Lanjut turun dengan feel yang lebih senang. Kali ini aku bisa merasakan bahwa tujuan pendakian itu pulang dengan selamat. Dengan segala resah saat berangkat akhirnya aku bisa sampai rumah selamat tanpa ada penyesalan aku perna memilih untuk berangkat.

Minggu, 29 Oktober 2017

Medan: Ziarah sambil jalan-jalan

Halaman Mesjid Azizi

Selamat datang di kota medan.
Sampai di bandara internasional Kualanamu suasana jadi berubah.
Di medan udara panas dan saat itu sedang gerimis jadilah lembab yang menyebabkan ke kita nya lengket ((faham kan feel nya 😅))

Eh tapi jujur bangga banget indonesia punya bandara ini, bandaranya megah. Dan merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah bandara soeta. Asli coba rasain deh ke Bandara Kualanamu bahkan untuk fasilitas sudah berkelas dunia, semua aktivitas sudah terkomputerisasi katanya sih ngikutin malaysia dan singapura. Kurangnya itu pelayanan dan SDM nya masih harus ditingkatin. Secara keseluruhan mudah dan top lah fasilitasnya. Coba ke toiletnya. Sampai ada edukasi mengenai sampah pembalut dan tisu. Keluar dari pesawat langsung masuk gedung bandara dengan jalan yang bersih, sejuk dan wangi. Dari bandara kita bakal keluar tol. Luas jalanannya itu hampir sama kaya di soeta. Kalau liat dari depan beneran megah kaya diluar negeri gitu deh. Gak begitu ramai jadi terlihat rapih. Menurut pribadi ini bandara terbaik yang perna dikunjungi. Tol nya pun masih uji coba dan pengerjaan sekitar awal oktober baru diresmikan.

Next dari kualanamu nerusin perjalanan ke langkat. Aku diajak bapa untuk ziarah ke makam guru yang berpengaruh sekali pada keluarga ku. Ini kali kedua. Sebelumnya saat usia enam tahun aku perna ke langkat dan yang aku ingat aku perna tidur-tiduran di mesjid azizi. Mesjid sejarah yang berpengaruh pada penyebaran islam di Langkat.

Yups, daerah yang kami tuju adalah langkat. Langkat bukan daerah yang ingin aku tinggali karena suasana kota yang biasa saja 😁. Tentang penduduk disini, mayoritasnya orang-orang melayu, cina pun ada, mereka ramah dan baik hati seperti pemilik rumah sewa yang rumah nya kita sewa ini. Rumah-rumahnya menyerupai banguan zaman dulu. Dua lantai dibuat seperti rumah toko.

Waktu itu kami disambut oleh keluarga pak slamat. Sebuah keluarga yang perna di deportasi dari timor-timor. Waktu timor-timor merdeka melepaskan diri dari indonesia. Pak slamat baik begitu pun istri dan anak-anaknya. Anak-anaknya adalah salam dan marhaban. Mereka dilahirkan ditimor-timor tapi tak perna merindukan kampung halamannya. Kalaupun rindu gak akan mau balik ke kampung halamannya yang beda negara itu. Mereka berkulit hitam, salam yang humoris dan supel membuat dia dikenal seantero kampungnya 😂 seperti selayaknya anak flores (ntah lah dia itu disamain dengan anak flores gitu deh) yang ramah, baik dan nurut dia pun sepertu itu. Kalau marhaban pendiam dan datar tapi kedatarannya yang buat orang tertawa. Merekalah yang menjamu kami hingga acara selesai.

Selama dilangkat selain berziarah aku coba keliling-keliling melihat kehidupan masyarakatnya. Di Langkat tidak ada mall bahkan hotel pun tidak ada. Tempat wisata pun tidak ada mungkin itu yang menyebabkan langkat jarang dikunjungi wisatawan dan tidak di ekspose. Yang terkenal disini adalah Mesjid Azizi yang dipakai oleh masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas keislaman. Dulu nya mesjid ini salah satu tempat penyebaran islam di medan dan saat ini yang masih dipertahankan bahkan sudah berkembang dengan adanya yayasan dan lembaga pendidikan.

Setelah acara selesai bapak membawa kita kerumah adik nenek didaerah kota Medan. Perlu waktu sekitar empat jam untuk sampai kota Medan. Belum ada hal yang menarik dari kota Medan. Makanan khas pun tak ada. Aku bertanya kependuduk sekitar mengenai makanan khas disini, dari orang-orang yang ku tanyai tak satu pun ada yang tahu. Mereka menjawab yah hampir sama dengan padang, disini banyak penjual ayam penyet mungkin banyaknya melebihi di jawa. Kalau soal makanan Medan juaranya, maksudnya disini itu banyak sekali rumah makan, restoran, jajanan. Apa orang medan hobi makan yah? Tapi yang paling juara lagi adalah duriannya. Mereka bilang belum ke medan kalau belum makan durian Medan. Dan apes nya kita pas banget lagi gak musim durian bahkan ke tempat durian yang udah terkenal banget (*padahal aku sendiri baru tahu loh) yaitu durian ucok pun lagi gak ada durian. Jadilah kita belum lengkap ke Medan karena belum ngerasain durian super murah tapi rasa nya gak ada dua nya.

Malam hari aku ditemani dede dan putri keliling di pusat kota. Berkunjung ke Mesjid agung, ke istana maimun sampai makan malam di food court sebelah alun-alun medan. Food court disini khas. Biasanya food court kan adanya di mall yah kalau disini beda, adanya di pinggir jalan.

Keesokan harinya main ke berastagi. Mungkin kalau di Bogor mah kaya puncaklah yah. Tapi view menariknya adalah gunung sinabung yang lagi erupsi. Liat pemandangannya bikin betah dan gak nyesel ke berastagi.
Mudah-mudahan bisa balik lagi buat ngerasain durian ucok 😁 danau toba dan samosir yang jadi icon nya Medan.

Minggu, 03 September 2017

Rammang-rammang: Surga tersembunyi

Butuh waktu satu jam untuk sampai Maros. Memasuki pintu gerbang kami langsung sewa perahu menuju desa rammang-rammang. Harga sewa perahu sudah tertera di dramaga dan sudah tak bisa ditawar-tawar karena kita bisa menggunakan perahunya seharian.

Pagi itu, aku berkunjung ke desa rammang-rammang. Di daerah Maros, Sulawesi Selatan. Sebuah desa dengan bentangan persawahan yang dikelilingi perbukitan karst. Untuk sampai desa melalui sungai yang mengalir hingga ke desa. Suasananya hampir mirip seperti sungai-sungai dalam hutan amazon. Asli gak bohong dan sayangnya saya ga perna ke amazon cuman tahu dari tipi..hehe

"asri dan sejuk" itu yang bisa kita dapatkan di rammang-rammang. Ada tiga spot yang menarik di rammang-rammang. Pertama pemandangan alam maha dahsyat Sungai Pute. Kedua, gugusan bebatuan karst di Desa Salendrang. Ketiga, bentangan sawah yang hijau di kampung Berua.


Sepanjang jalan menuju rammang-rammang terdapat beragam objek wisata. Tapi saya tidak sempat mampir karena mengejar waktu ke destinasi selanjutnya.
Dari dramaga pertama kita menyusuri sungai Pute hingga kampung Berua. View kanan-kiri sungai bagus banget. Beneran kaya di tipi-tipi tapi disini gak ada anak konda atau buaya, apa lagi buaya darat..wkwk secara laki-laki makassar baik-baik #beneran #apasih


Sekitar 15 menit kami sampai di kampung Berua. Kami langsung berhambur ke tengah hamparan sawah. Asli, bagus banget dan luas banget. Ditambah hasrat pengen foto ala-ala. Setapak kami susuri sawah hingga naik ke perbukitan karst. Siang itu cukup terik tapi keindahan rammang-rammang sukses menghipnotis aku untuk memandangi dari setiap sudut.


Waktu terbaik untuk berkunjung ke rammang-rammang sebenarnya pada pagi hari. Karena view awan atau kabut pagi menyelimuti sebagian tempat ini dan membuat panorama pagi semakin syahdu dan indah. Karena hal itulah desa ini di namai rammang-rammang yang artinya awan atau kabut. Dan rasanya tak berlebihan jika rammang-rammang aku anggap sebagai surga tersembunyi.

SEKIAN

Minggu, 16 Juli 2017

Explore Tana Toraja



Well, akhirnya bisa meninggalkan jejak di Sulawesi Selatan. Alhamdulillah bisa berkunjung ke Tana Toraja dan Makassar.
Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno-hatta menuju Bandara Hasanudin. Tiket ku pesan tiga bulan sebelum keberangkatan. 

Mendapatkan tiket promo adalah keberuntungan tapi kali ini bukan keberuntungan karena tiket yang didapat masih harga normal. Memesan tiketpun penuh drama dan masalah  tapi akhirnya bisa teratasi.

Keinginan mengexplore Tanah Sulawesi sebenarnya sudah ada sejak tahun lalu tapi karena teman membatalkan akhirnya di cancel dan alhamdulillah tahun ini terealisasi.

Keberangkatan menuju bandara soeta cukup lancar. Aku datang lebih awal karena dikhawatirkan macet karena masih dalam suasana libur lebaran. Alhamdulillah pesawat yang aku naiki tidak ada kendala dan on time berangkat pukul 9 malam dan sampai bandara hasanudin jam 1 malam.

Dari bandara hasanudin aku dijemput oleh ka shelvi dan langsung beristirahat di rumahnya guna persiapan esok menuju tana toraja.

Tepat pukul 8 pagi kami berangkat menuju kampungnya ka asma yaitu di perbatasan enrekang dan tana toraja. Sama seperti halnya di daerah lain jalanan dan tata kota rapih. Sulawesi selatan identik dengan patung-patung, ukiran khas tana toraja serta tongkonan yaitu rumah khas toraja.
Ku betulkan dudukku yang sebenarnya tak bermasalah. Kenyamanan bis pelangi yang akan mengantarkan kami ke enrekang membuatku tak bisa diam selama bis menunggu penumpang. Tujuh jam waktu yang akan kami tempuh membuatku berjanji tidak akan tidur dan ku gunakan untuk memandangi suguhan pemandangan tanah sulawesi. Memandangi jalan adalah cara terampuh menunggu perjalanan yang berjam-jam. Yang aku ingat daerah yang dilalui yaitu maros, pare-pare, pinrang, barru setelah itu aku tak tahu dimana lagi. Dan ternyata rasa kantuk yang tak terenyahkan memporakporandakan janji yang telah ku buat. Memasuki kabupaten enrekang pemandangan berubah menjadi perbukitan yang tidak ada ujungnya.
Setelah berkomunikasi dengan ka asma sampailah kita diperbatasan enrekang dan tana toraja.

"mohon maaf lahir batin"
Ucapku mengawali perjumpaan ku dengan tante atau yang biasa dipanggil mak ce' oleh ka asma. Mak ce' adalah panggilan ibu oleh anaknya. Begitu hangat dan penuh kasih sayang tante memeluk kami dan mempersilahkan kami menuju rumah mereka.

Rumah panggung khas rumah zaman dahulu dengan model tongkonan. Didaerah ini rumah panggung masih dipertahankan. Bagunannya pun masih kuat.
Kuhirup udara tanah sulawesi, aroma khas rempah-rempah dan tanah. Ku pandangi sekeliling kampung halaman ka asma. Bukit dimana-dimana karena rumah ka asma didataran rendah tak banyak yang bisa dipandangi.

Planning utama kita adalah explore tana toraja. Perjalanan di mulai pukul 02.00 WIT.
Pagi sekali rumah tampak ramai. Aku mengexplore toraja bersama keluarga ka asma. Kami menyewa truk karena trek yang lumayan nanjak dan jelek. Tujuan utama kama sebuah tempat terbaik untuk melihat segumpalan awan. Yaitu Tongkonan Lempe lolai. Sayang nya pagi itu tak ada sekumpulan awan bahkan mentari pun tak bersinar. Kami pun beranjak ke tempat lain.

Dengan jalur yang berkelok dan sisi dihiasi jurang truk melaju dengan garangnya. Melewati persawahan sampailah kami di kete'kesu. Dengan semangat yang tiada tara kami berhamburan menuju pintu masuk. Di toraja jangan heran jika selalu melihat kerbau dan si empunya karena kerbau itu diagungkan dan merupakan adat toraja.
Tongkonan berjejer menghiasi pintu masuk lalu dibangun petak-petak yang menjajakan jualan pernak-pernik oleh-oleh hingga jalan menuju tebing yang menempel pemakaman leluhur.

Berjalan disini sangat menarik. Aku pun memasuki goa yang terdapat peti-peti dan tengkorak.

Setelah puas menjelajah kete' kesu kamipun beranjak menuju destinasi selanjutnya yaitu  menjelajah lemo di Makale.

Toraja memang identik dengan kuburan yang disimpan di dinding tebing. Ini hanya kekayaan budaya yang harus kita hargai. Mayoritas agama disinipun non islam. Selain kerbau yang di agungkan, babi pun disini diternak jadi hati-hati dalam memilih makanan.

Perjalanan kami lanjutkan menuju enrekang. Aku lupa nama daerahnya tapi view alamnya sangat menarik. Berada di dataran tinggi dengan fasilitas jalan setapang untuk memandangi bentangan tana toraja.

Satu tempat yang gagal aku kunjungi yaitu gunung nona. Bentangan bukit-bukit hijau menyerupai sabana dengan view lanscap semesta. Kami sampai di basecamp sekitar jam lima sore. Petugas masih memperbolehkan masuk tapi trek ke bukitnya sekitar sejam dengan motor cros  mempertimbangkan waktu dan cuaca kuurungkan untuk menjamah bukit tersebut next mungkin balik lagi ke toraja.

Kuucapkan terima kasih untuk keluarga di tana toraja untuk pengalaman menariknya.


Sabtu, 03 Juni 2017

Main ke Kota Solo


Setengah hari menghabiskan waktu untuk menunggu keberangkatan kereta menjadikan kota Solo spesial dihati. Iya waktu itu di Solo nunggu keberangkattan kereta doang maka tak lengkap rasanya jika tak mampir ke kota Solo. Waktu itu keberangkatan kereta yang akan mengantarkan kita pulang ke jakarta adalah jam 11 malam. Hari itu setelah pendakian gunung lawu kami sudah sampai di basecamp cetho sekitar jam 12 siang. Masih banyak waktu kan. Yasudahlah kita putuskan untuk main ke kota Solo. Tapi tidak dengan hanjar, arif dan kang asep mereka harus mengejar bis jam 3 agar bisa sampai besok pagi di Bogor dan kejar masuk kerja.

Akhirnya hanya ada aku, eca dan sri serta mba kiki kebetulan kereta pulang kami waktu nya sama.

Dari basecamp cetho kami langsung ke stasiun Solo jebres. Barang-barang kami titip ke security stasiun lalu dari stasiun kami naik becak ke Balai kota. Sebetulnya lebih murah naik grab taxi tapi menurut bapak yang jaga dipos security lebih baik naik becak dan ternyata bapak ini adalah pengemudi becak jadilah dia sekalian endorse jasanya.

Udara di solo biasa saja. Sejuk engga, panas sesekali tapi tak sepanas di ibukota. Alat transfortasi pun tidak begitu padat. Becak masih dipertahankan disini. Kendaraan online hanya ada taxi online itu sudah disepakati oleh pemerintah solo. Jadi manfaatkanlah kendaraan tradisional seperti becak.

Setelah sampai di pemberhentian tepatnya depan gerbang masuk kraton kami langsung mencari makan guna mengisi energi untuk keliling kraton. Melipir kekiri dari pintu masuk kita akan banyak menemukan jajanan, oleh-oleh dan makanan khas solo. Waktu itu aku makan soto timlo yaitu soto dengan isian potongan daging,  kikil, bihun, toge dan jamur yang disirami kuah soto dengan kaldu yang enak. Asli rasanya enak ditambah nasi hangat.

Semangkuk soto memberi kesan tak akan menyesal mampir untuk makan di solo.
Perjalanan dilanjut jalan ke kraton sambil cari oleh-oleh. Depan gerbang kraton akan ditemui bekas rel kereta didalam kota entah itu rel kereta apa dan kemana aku tak sempat bertanya karena ingin segera masuk ke sekitaran kraton.

Sampai dipintu masuk kraton kami kecewa karena kraton tutup jam 4 sore waktu itu tepat jam 5 kami sampai. Kami pun mencari alternatif lain yaitu berkunjung ke mesjid agung solo.


Mesjid agung solo berciri khas bangunan zaman dulu dengan pelataran yang luas. Teras mesjid berlantaikan kayu. Dua menara menjulang ke langit diletakkan dikanan kiri sisi mesjid. Pelataran dihiasi dengan kehadiran santri-santri yang tengah khusyu menghafal alqur'an dan kitab. 

Santri ini berasal dari pesantren yang mengelilingi mesjid dikanan dan kiri.
Tempat wudhu dan toilet berada disamping kanan dan kiri mesjid. Bagian kiri untuk wanita dan kanan untuk laki-laki. Luas dan bersih. Karpet dan mukena pun wangi. Aku suka berada di mesjid ini. Ditambah kehadiran jemaah mesjid yang ramah dan memberi salam saat berpapasan.

Memandangi mesjid dari depan mengingatkan aku pada lingkungan islami yang selalu diceritakan teteh mentorku saat kuliah D3. Begitulah islam, setiap sisi nya indah.

Setelah menunaikan kewajiban shalat kami berjalan mengitari pasar sementara klewer. Sebelumnya pasar klewer berada tak jauh dari pasar sementara karena terjadi kebakaran dipindahkanlah ke dekat kraton dan saat ini sedang dibangun pasar klewer yang baru tak jauh dari kraton.

Menjelang magrib lampu-lampu jalan mulai menerangi jalan. Toko-toko mulai tutup. Yang membuat aku heran jalanan mulai sepi padahal ini hari libur.

Ternyata di Solo aktivitas berhenti sekitar jam 6 sore. Tak ada anak muda yang nongkrong untuk sekedar bermain. Pusat oleh-oleh dan tempat makan pun sudah mulai tutup. Akhirnya setelah mendapat oleh-oleh tak jauh dari kraton kami pun balik ke stasiun dan menunggu kereta yang akan membawa kami pulang.
Next bisa kembali ke Solo dan lebih mengenal kotanya lagi. 

Senin, 29 Mei 2017

Sebuah karya: "Bidadari bermata bening"


Semenjak rajin jalan pasti nyempetin diri buat nulis cerita perjalanan di blog Ecek-ecek ini 😁 niatnya sih pengen nulisin dan cerita ulang aja dampak nya saya jadi hobi baca ulang tulisan saya lagi.

Terhitung awal 2016 blog ini gak perna sepi pasti ada minimalnya satu tulisan mejeng di beranda walau pun pembaca yah itu-itu saja 😅 yang paling support adalah teteh saya yang juga sama-sama hobi nulis beda nya dia nulis tentang hobi menjahitnya kadang tulisan-tulisan islam. 

Nah dibulan ramadhan ini karena lagi libur jalan yaudah lah tulis yang lain tema nya masih tentang perjalanan kok tapi ini perjalanan di imajinasi penulis, apa itu? Pengibaratannya nyambung gak yah? Maksud saya mau bercerita tentang buku 😅 sama seperti berpetualang di imajinasi penuliskan??  Plis iya in aja deh lagi puasa nih 😂

Selama ramadhan ini saya mewajibkan diri untuk baca buku islam. Kenapa demikian?karena pengetahuan saya tentang islam masih secuil😔 bukan secuil deh mungkin mirip butiran debu yang gak keliatan tapi orang-orang masih bilangnya butiran ampe dibuatin lagu 😒

Buku yang akan saya konsumsi banyak banget sebenarnya tapi untuk mengembalikan mood terlebih dahulu saya awali dengan yang ringan-ringan yaitu novel islami 😁 padahal targetan saya buku tafsir ibnu katsir dengan ketebalan yang super tebal sebanyak 9 jilid kalau ditimbang mencapai 15 kg dan pas bawa sendiri itu tafsir rasanya ngos-ngosan dan gak kuat 😪 next setelah novel islam saya akan menyentuh tafsir-tafsir yang masih terbungkus plastik itu.

Well, sedikit cerita tentang karya terbaru Habiburrahman el shirazy atau yang biasa disapa kang abik. Sebenarnya intronya kepanjangan tapi gak apa-apalah yah 😂

Awal april muncul buku yang kesekian kalinya dari karya kang abik judulnya "Bidadari bermata bening" awalnya gak tertarik sama judulnya karena pasti mengindah-indahkan wanita tapi kang abik gak mungkin kan menghasilkan karya model itu 😅 seperti novel-novel sebelumnya karya beliau berhasil membuat saya ingin belajar tentang islam, buku yang mempunyai jumlah halaman 337 hal itu bercerita tentang perbaikan diri dan alur cerita yang gak perna saya duga kok seimajinasi itu yah beliau berkarya 😇

Dua novel yang paling saya suka dari karya beliau yaitu "ayat-ayat cinta" baik yang 1 atau 2. Dibuku ayat-ayat cinta 1 kang abik berhasil membuat saya kagum akan para tokoh utama. Terutama sosok maria seorang wanita non islam yang hafal surat mariyam hanya karna namanya sama dengan surat tersebut. Ini motivasi saya juga untuk menghafal QS. Mariyam yang sampai sekarang belum hafal 😑 malulah sama noni yang mau menghafal salah satu surat dalam alquran. Lalu keseruan menuntut ilmu. Iya iya saya bernafsu sekali untuk bisa merasakan menuntut ilmu di Al-azhar, Kairo, Mesir tapi orang tua tak merestui saya mengambil kuliah keagamaan 😩 keinginan ini karena ini buku apalagi kang abik menceritakan keseruan kuliah hingga S3.

Dibuku ayat-ayat cinta 2 semua tokoh saya kagumi. Sosok aisyah yang tabah dan sabar akan ujian yang Allah berikan. Di dua novel tersebut kang abik menampilkan kehidupan islam. Keseruan menuntut ilmu. Dan kang abik selalu berhasil menggambarkan latar (setting)  sosial budaya timur-tengah.

Tak kalah menarik dan membangun jiwa dibuku "Bidadari bermata bening" ini kang abik menampilkan kehidupan pesantren di jawa dan tetap menyisipkan keseruan menuntut ilmu. Oh ilmu seseorang yang meninggal karena sedang menuntut ilmu saja terhitung syahid. Sosok yang dikisahkan di awal cerita adalah gadis cerdas, sholehah, berakhlak dan cantik dengan ujian hidup yang tidak sesederhana usianya. Yah saya menangis dengan kisahnya. Apalagi saat karunia-karunia Allah yang datang padanya. Betapa Allah mencintai seseorang yang bertaqwa pada-Nya. Ini buku wajib dibaca. Karena menurut saya sih banyak hikmahnya dan mudah-mudahan tersampaikan maksud penulis pada setiap pembaca.

Bagaimana ujian bertemu jodoh? Peliknya perjuangan. Dan bagaimana dia mempertahankan kesuciannya? Kembali kang abik berimajinasi dengan alur yang tak saya duga walau endingnya kesitu juga. Dan menarikanya membaca kisah ini mengingatkan saya pada siti khadijah. Kang abik benar-benar sedang berkisah tentang siti khadijah versi kini.

Sebenarnya semua karya kang abik saya suka dan sudah baca semua meski sebagian baca nya dari hasil nongkrong di toko gramedia sambil nyari buku yang udah dibuka plastiknya terus diliatin ama mas-mas yang jaga 😂

Sekian cerita eh ini bukan cerita deh apa sinopsis? Tapi bukan juga deh yaudah sekian aja yah kalau gak sekian gak udahan ini tulisan.
Selamat mengkonsumsi karya kang abik yang apik 😇

Kamis, 11 Mei 2017

Pendakian Gunung Guntur


Minggu dini hari kami sampai di basecamp Citiis Gunung Guntur, Garut. Selain Citiis untuk ke gunung guntur bisa melalui Cikahuripan. Kami beristirahat dirumah warga untuk persiapan mendaki guntur saat matahari terbit. Basecamp citiis terdapat dilingkungan rumah warga. Di rumah yang kami singgahi terdapat sepasang suami istri yang menyiapkan tempat untuk singgah dan istirahat serta menjajakan makanan untuk para pendaki mengisi energi.

Pagi itu sudah ada empat pendaki asal jakarta yang tengah tidur pulas. Kamipun mencari lahan untuk sekedar beristirahat. Obrolan silih berganti menyebabkan diantara kami tidak ada yang tertidur.

Pendakian dimulai tepat pukul 07.00 dengan doa dan semangat bercumbu dengan semesta.
"Semoga pendakian ini lancar" pintaku dalam hati.

Hari itu langit menampilkan aura cerahnya yang berkolabirasi dengan kelembutan tipis awan putih. Sungguh indah kala itu sepagi ini semesta mendukung pendakian kami.
Kulempar senyum perpisahan pada pendaki-pendaki yang masih beristirahat yang dibalas dengan salam semangat dari mereka.

Kami berjalan melewati perkebunan warga. Tanaman hidroponik berjejer disepanjang jalan. Masyarakat disini cukup maju dalam berkebun dan bercocok tanam. Terbukti dengan adanya cara menanam kangkung dan seledri yang ditanam secara hidroponik.

Setelah melewati pajangan tanaman hidroponik kita akan melewati area penambangan yang aku tak tahu penambangan apa karena tak sempat lihat-lihat dan tanya-tanya. Jalur awal gunung guntur adalah tanah yang dihiasi kerikil-kerikil kecil dengan kemiringan yang cukup melelahkan.

Aku berjalan bersama sri, eca dan arif sambil bernostalgia berbicara tentang pendakian lawu tempo lalu. Paling depan kami persilahkan tria dan nanda berjalan duluan. Ini pendakian pertama tria dan seperti kebanyakan pemula lainnya ia bersemangat berjalan dan selalu diposisi terdepan.

Menjelang pos 2 kami berpapasan dengan seorang petani yang meminta uang perbaikan jalur sambil berdiri memegang cangkul bak preman yang akan melukai kami jika tidak mau memberi. Kami berhenti sejenak dengan ulah petani tersebut. Ia berkata kalau pembayaran simaksi di basecamp itu ilegal pembayaran disinilah yang resmi karena ini untuk perapihan jalur. Demi apapun pernyataan dia itu gak ada dasarnya sama sekali ini jelas pemalakan. Huh rasanya ingin adu argumen dan marah-marah tapi apa daya kami sedang berada didaerah mereka, kami ini tamu tak mungkin kan kita marah-marah menjelaskan kepada petani tersebut kalau ini pemalakan. Toh memang saat ini digunung guntur sudah tak ada simaksi karena satu dua hal yang menyebabkan pengelolaan gunung guntur dikelola langsung oleh masyarakat jadi kalau ada petani yang berulah begitulah jadinya. Akhirnya dengan hati gak ikhlas walau endingnya di ikhlas-ikhlasin juga kita bayar uang yang diminta pak petani itu. Bukan permasalahan kami tak mau perbaikan jalur tapi ini terkait cara. Dan kalau pun untuk kebutuhan bapak tersebut karena jasa bapak sudah merapihkan jalur tapi tetap saja caranya tidak seperti itu. Tapi sudahlah semoga bapak sadar mencari uang tidak harus seperti itu.

Lanjut berjalan menuju pos 2. Disepanjang jalan banyak berdiri warung-warung yang menjajakan makanan dan untuk beristirahat. Jalurnya tanah dan ditutupi pohon-pohon pinus jadi jikapun panas kami masih terlindungi dari sinar matahari. Melawati air terjun dengan air yang masih jernih kita akan memasuki jalur yang membuat hati #eh dengkul maksdunya menjadi lelah. Jalur batu gede-gede disini siapkan nafas panjang-panjang. Beneran jalur aduhai bikin nafas ngos-ngosan. Naiknya pun harus manjat dan perlu kehati-hatian. Ditambah jalurnya panjang sampai pos 3. Selesai batu gede-gede aku kira udahan tapi sekarang batu nya berubah jadi kecil-kecil. Ternyata tidak menyelesaikan kesulitan buat ku. Batu kecil bikin sulit nanjak karena licin. Nanjak selangkah turunnya kaya dua langkah. Ampun dah ini jalur. Tapi nikmati saja karena dibelakang view kota garut lebih elegan dan si gagah gunung cikuray bisa sedikit mengobati luka #eh kelelahan maksudnya.

Kamipun mempercepat perjalanan agar segera sampai di pos 3 tempat kami akan ngecamp. Tiba-tiba saat tengah berjalan hp sri bergetar.

"halo, ini siapa?"

Telepon dari nanda mengabari kami bahwa tria dan nanda sudah d pos 3. Baru kali ini bisa nerima telepon di gunung.. Haha langkah kami percepat untuk menemui tria dan nanda.

Siang itu kumpulan awan hitam menutupi puncak guntur. Cuaca memang tak menentu. Pagi cerah siang sudah mendung. Kamipun bergegas mendirikan tenda dan masak. Area camp dipos 3 sudah cukup padat kami pun mencari ke bagian atas tapi di atas area nya lebih miring. Arif dan nanda mencari dari sisi sebelah kiri hingga ke atas lagi tapi tak dapat area yang pas untuk ukuran tenda kami. Dan terakhir kami dapat di bagian atas masih dengan bidang yang miring tapi cukup untuk dua tenda.

Mendirikan tenda bukan hal mudah apalagi jika banyak yang berpendapat. Sri yang berusaha untuk mendirikan tenda tanpa mau dibantu arif tapi arif lebih sering maksa bantu endingnya mereka kesel-keselan😅 aku mah masak ajalah. Setelah beriweuh ria tenda yang didirikan dipindahkan oleh arif karena dia dapat area yang dengan jelas bisa lihat spot kota garut dan jejeran gunung-gunung garut.

Siang kami isi dengan istirahat dan persiapan sore ini summit agar besok pagi bisa langsung turun. Tapi cuaca tak mendukung rencana kami. Sore kami isi duduk ditenda sembari memandangi rintikan hujan membasahi kota garut. Tenda kami berdiri di spot yang cukup baik untuk memandangi kota garut serta kemegahan gunung cikuray, papandayan puntang dan galunggung. Pemandangan sama saat di puncak cikuray.

Puncak itu pilihan
Pagi sekali menyiapkan perbekalan untuk teman-teman summit. Seperti seorang ibu membekali anak-anaknya 😁 hari itu aku putuskan tak naik ke puncak karena 1 2 3 4 5 hal 😅 haha karena eca yang tak mau naik aku putuskan untuk menemani eca. Galau pasti karena view puncak guntur itu bisa buat aku terkagum-kagum. Guntur itu punya sabana seperti sabana di merbabu. Punya tanjakan menyerupai tanjakan cinta semeru. Waktu ilalang tumbuh menyerupai oro-oro ombo semeru. Jalur menuju puncak menyerupai merapi. Seindah itu? dan pagi itu saat cuaca bersahabat aku memilih menemani eca dan menanti cerita puncak dari yang lain.

Pagi saat yang lain ke puncak ku isi dengan memandangi puncak serta suguhan kota garut. Aku memilih duduk berjauhan dengan eca kubiarkan dia berpetualang dengan fikirannya dan aku berkomunikasi dengan diri. 

Kenang-kenangan puncak guntur




Sekian

Minggu, 16 April 2017

Menjelajah di indogreen 2017



Indogreen environment and forestry expo 2017 merupakan pameran lingkungan dan kehutanan terbesar di Indonesia, diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Diadakan di gedung Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Seminar, talk show, workshop, temu bisnis dan pameran merupakan serangkaian acara yang diadakan di indogreen. Terdapat booth-booth yang berhubungan dengan hutan dan lingkungan di indonesia.

"welcome to the jugle" kalimat sambutan yang akan kita jumpai memasuki gedung indogreen. Konsep hutan dengan properti flora dan fauna dibuat diawal memasuki selasar panggung utama.

Booth-booth berjejer mengelilingi panggung utama. Mulai dari booth perusahaan yang bergerang di bidang lingkungan dan hutan, Kementrian LHK, Organisasai-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan hutan, BPOM, Taman Nasional dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia.

Perusahaan besar seperti ANTAM dan TIMAH ikut berpartisipasi dalam acara ini. Kita jumpai saat memasuki gedung utama.  Perusahaan lain seperti APRIL, APP, Sinar Mas, tambang dan lainnya pun ikut berpartisipasi memeriahkan acara ini. Selain memberi edukasi juga sarana informasi untuk para pembisnis.

Terdapat pula galeri yang berisikan kekayaan alam indonesia. Melintasi galeri kita akan memasuki booth BPOM. Kekayaan hutan dapat di manfaatkan sebagai obat dan makanan maka BPOM pun berperan dalam pengawasan mulai dari bahan baku, pengolahan, produk jadi hingga sertifikat layak edar di Indonesia.

Booth yang menjadi perhatian ku adalah Booth Taman Nasional dan BKSDA. Setiap booth di design menarik serta ada edukasi dan informasi terkait daerah masing-masing.

Taman nasional yang aku cari adalah taman nasional gunung rinjani berkeliling dari booth satu ke yang lain ternyata tak ku hampiri khusus gunung rinjani hanya ada terpampang BKSD Nusa Tenggara Barat.

Berkeliling dari booth ke booth sama dengan berkeliling di Indonesia karena kita akan diajak menjelajah mulai dari barat indonesia yaitu Aceh hingga timur indonesia yaitu Papua. Dengan beragam informasi seputar hutan, gunung, pariwisata dan alama daerah tersebut. 

Perhatianku terhenti saat berada di booth Taman Nasional Gunung Leuser selain karena sedang menggila dengan pendakian karena booth ini memberikan informasi mengenai gunung leuseur dan booth ini cukup unik. Kembali perhatianku terhenti pada salah satu booth yaitu Taman Nasional Gunung Bromo tengger booth yang di fasilitasi proferti untuk foto serta terdapat Bunga Edelweis yang sudah di awetkan tak usah diperdebatkan tentang bunga edelweis yang tak boleh dipetik karena di beberapa daerah seperti bromo dan dieng bunga edelweis dapat ditemui dijual oleh masyarakat dari hasil budidaya. Terdapat pula film dokumenter mengenai keindahan alam bromo yang diputar di booth TN Bromo tengger.

Kemudian ada booth yang aku lupa daerahnya tapi pakaian daerah serta alat musik diperagakan guna menarik pengunjung. Aku tak sempat menghampiri karena saat itu pengunjung di booth ini cukup padat tetapi musik khas yang dimainkan begitu enak didengarkan. 

Berjalan ke arah panggung utama menghampiri BKSDA yogyakarta terdapat miniatur tugu jogya didepan booth serta informasi mengenai yogyakarta.

Terakhir yang sangat menarik perhatianku adalah pulau Sumatera Barat daerahnya orang tua ku. Memandangi gambar kelok 44 yang terpajang di dekat booth BKSDA Sumatera Barat membuatku rindu akan kampung halaman orang tua serta ke elokan lembah anai dan bukit tinggi. Ingin rasanya menjelajah sumatera barat kembali.

Masih banyak booth yang belum sempat ku hampiri. Secara keseluruhan acara ini bagus dan edukatif. Hasrat pun semakin besar untuk menjelajah negeriku indonesia.

Senin, 10 April 2017

Gunung Lawu: Menuju Puncak



Sambil menahan udara dingin yang masuk merayap kedalam tenda, dengan penuh keengganan aku membuka tenda.

Pagi itu saat cahaya mentari belum siap menyinari bumi tenda sebelah sibuk menyiapkan perbekalan summit.

Sambil menunggu tubuh beradaptasi dengan udara pagi. Kami mencoba mempersiapkan diri untuk summit pagi ini ditemani minuman hangat yang dipersiapkan hanjar semalam.

Hanjar yang dibantu arif dan kang asep sibuk diluar tenda tengah menyiapkan sarapan. Entah apa yang mereka buat. Perut harus terisi bila akan summit. Dan beberapa potongan sandwich pun siap kami santap makanan yang mampu mengganjal perut kami.

Pagi itu tubuh masih bisa bersahabat dengan udara dingin. Ketika hendak berangkat. Kami memperhatikan tetangga dibelakang tenda.

"mba kikiii" teriak kami bertiga

Ternyata 12 pendaki yang bareng dengan kami saat menuju basecamp salah satunya mendirikan tenda tepat belakang tenda kami. Tadi malam terlalu lelah untuk mampir ke tenda sebelah.

Setelah pamit duluan untuk summit. Kami pun berjalan beriringan. Untuk mencapai puncak lawu dibutuhkan waktu sekitar 6 jam tapi itu versi normal dari basecamp kalau kami mungkin 6 jam lebih dikit itu pun dari pos 3..wkwk

Jalan menanjak membuat kami kelelahan. Baru beberapa langkah kami sudah istirahat saja. Hingga istirahat kedua hanjar, arif dan kang asep memutuskan jalan duluan.

Kami kembali bertiga jalan bersama. Setidaknya mereka memberi ruang kepada kami untuk belajar, memotivasi diri dan mencoba berusahan kembali. Kami sudah tak bawa kerir seharusnya sudah lebih mudah berjalan dan bisa lebih menaikkan ritme jalan dari sebelumnya.

Berburu waktu mungkin harus lebih kami hargai ketimbang banyak istirahat dengan alih-alih menikmati jeda. Setidaknya kita harus berusaha sampai puncak bukan pasrah sesampainya saja.

Aroma pepohonan mulai tercium lebih dalam dihidung kami. Aroma khas yang hanya bisa dirasakan dipegunungan. Setapak demi setapak kami langkahkan kaki.

Hari itu baru kami bisa merasakan perjalanan. Menikmati alam. Berpapasan dan bertegur sapa dengan pendaki lain.
Setelah berjalan cukup jauh kami belum juga sampai di sabana. Ku liat peta yang tersimpan digaleri hpku seharusnya setelah melewati pos 4 kami melewati sabana terlebih dahulu baru pos 5.

Foto-foto dan istirahat sejenak. Saat itu eca merasa sesak dan meminta berhenti terlebih dahulu. Nampaknya diatas sabananya. Tapi aku tunggu eca dulu dan memintanya beristirahat.

Tak lama dua orang pria yang kami kenal muncul melewati batang pohon yang tumbang.

Kembali aku tertawa dan membenarkan feeling ku pada sri bahwa mas tirta dan mas edi pasti nyusul kesini.

Dengan tampang tak mau ditertawakan kami hanya tersenyum dan langsung meminta minum pada mas tirta.

Setelah membekali dengan snack mereka berdua langsung berjalan dan meminta kami untuk istirahat didepan saja.

Setelah eca mampu untuk berjalan kembali kami langsung mengikuti mas tirta dan mas edi.

Sabana didepan kami begitu luas dan senang rasanya bila duduk lama disini.
Kembali berjalan melewati pos 5 dan bulak peperangan dengan latar yang cukup terkenal dimedia sosial. Tak lupa kami pun berfoto disini. Ingin rasanya berlari kesetiap ujungnya tapi aku tidak mempunyai kemampuan itu.

Sesampainya di sabana pos 5 kami beristirahan menghampiri kelima rekan kami yang jalan duluan. Ledekan kata mandiri dan melehoy nampaknya akan menjadi hastag selama pendakian ini.

Menyusuri sabana yang begitu luas. Kami tertinggal kembali akibat banyak istirahat. Entah karena ritme mereka yang cepat atau karena ingin memberi ruang kembali untuk kami belajar.

Selama perjalanan menuju hargo dalam kami berpapasan dengan beberapa pendaki yang perna menawari bareng saat di basecamp.

"mba-mba yang mau mandiri itu ya?  Foto dulu yu mba" ajak seorang lelaki

Akibat kami jalan bertiga saja dan ingin mandiri setiap berpapasan dengan pendaki lain pasti ada yang merespon dengan mengasihani, salutlah dan ingin berfoto dengan kami. Berasa menjadi artis dadakan. . Wkwk

Hari semakin siang. Perjalanan kami lanjutkan. Sebelum memasuki pasar dieng eca meminta istirahat tidur 5 menit saja. Nampaknya eca benar-benar didera kantung. Kamipun menepi dan mencari lapak masing-masing. Aku dan sri tak bisa tidur akibat panas terik. Bayangkan saja diluas nya sabana tidak ada pohon besar untuk berteduh apalagi siang hari saat matahari mulai berada pas diatas kepala.

Hilir mudik pendaki menyapa kami dan meminta duluan. Tak lupa menyemangati kami. Suatu kondisi yang selalu dirindu dari pendakian.

Lebih dari 5 menit eca tertidur akhirnya kita bagunkan dan bergegas menuju warung mbok yem. Kami rasa kelima rekan kami menunggu disana.

Memasuki pasar dieng suasana lebih syahdu. Kabut sempat menghampiri. Aku sempat tak paham melewati jalur ini karena penanda yang membuat ambigu dan benar akhirnya kami salah jalan. Sri meminta kesebelah kiri mengikuti tanda yang satu nya. Setelah melihat tangga menuju bangunan yang menyerupai warung. Kami mengikuti jalan tersebut dan menaiki tangga. Terlihat mas edi yang menunggui kami dan mengarahkan ke warung mbok yem.

Warung mbok yem terletak sebelum puncak. Biasanya para pendaki mampir untuk beristirahat dan mengisi amunisi (*makan)

Istirahat, makan dan lanjut perjalanan menuju puncak lawu. 

Puncak hargo dumilah gunung lawu dengan ketinggian 3265 mdpl.
Alhamdulillah 6 pasang kaki yang berniat untuk mandiri ini sampai juga dipuncak lawu dengan bantuan kelima rekan kami. 

Tidak ada moment spesial sebenarnya. Haru pun tak ada. Karena sebelum itu kami sudah terlebih dulu mensyukuri setiap apa-apa yang kami peroleh hingga sampai puncak.

Minggu, 09 April 2017

Gunung lawu: Mental kami



"Mas tirta fix ke sumbing ka" sri memberi kabar.

"koq feelingku mas tirta minggu ke lawu ya? mereka ke sumbing jumat malam bisa dong sabtu/minggu turun dan langsung cus ke lawu? " jawabku

"haha si kaka.. iih ka ini anak-anak beneran nyusul kita"

"siapa?"

"ka arif, hanjar dan kang asep"

Seketika aku sedikit tenang.

Solo jebres didominasi oleh penumpang yang menggunakan tas gunung. Waktu itu bertepatan dengan week end dan hari kejepit nasional. Waktu yang bagus untuk liburan.

Ditengah keramaian para pendaki. Kami bergegas mencari tebengan yang akan naik lawu via candi cetho. Beberapa pendaki kami tanyai hendak kemana dan rata-rata pendaki yang kami tanya adalah peserta open trip lawu dengan jumlah 60 orang.
Waw,  bagaiman panitia mengatur ke 60 orang di gunung ya? Pikirku yang heran.

Sri dan eca menanyai pendaki yang ada diluar stasiun. Ada yang merespon sekenanya, ada yang menolak.
Ternyata mencari tebengan tak semudah itu ya. Seperti jodoh kali ya. Kita mau dianya gak mau.  Wkwk #apasihAku

Dan terakhir kami bisa bareng bersama 12 pendaki asal jakarta yang akan naik ke lawu via candi cetho.

Setelah semua siap kami meluncur menggunakan pick up. Teman-teman barengan kami ini cukup ramah. Mereka rata-rata pekerja kantor yang menyukai naik gunung, hobi yang sama sepeti kami.
Selama perjalanan kami harus di drop ke mobil yang lain sebanyak dua kali. Pak supir kira kami akan ke cemoro sewu padahal dari awal sudah dikabari bahwa kami akan ke cetho. Setelah dibicarakan oleh bang anto selaku leader kedua belas pendaki ini akhirnya terjadilah tranfer penumpang karena mobil pick up yang kami gunakan tidak bisa dikendarai di track menuju candi cetho. Begitulah perjalanan terkadang tak selancar yang kita pikirkan.

Menjelang subuh hujan turun dengan derasnya. Aku, sri dan eca hanya saling pandang. Aku tidak mau menanyakan apa yang kedua temanku rasakan. Apa mereka khawatir dengan pendakian kita atau apalah. Aku hanya sibuk membereskan dudukku yang mulai dirembesi air hujan.

Mobil melaju memasuki perbukitan ketika itu hujan mulai reda. Hanya ada kabut yang menutupi pandangan. Sesekali terlihat kilatan petir. Aku melihat kesetiap puncak entah itu puncak lawu atau puncak bukit berharap pendakian kami lancar.

Sesampainya di Candi cetho kami bergegas mencari basecamp dan pamit pada kedua belas pendaki ini. Udara pagi itu begitu dingin. Aku mulai menggigil mungkin jika aku tetap berdiam diri akan semakin kedinginan.

"kita bareng aja naiknya" ajak bang anto

"gak apa-apa bang kita bertiga aja mau belajar"

Beberapa teman bang anto meminta untuk bareng tapi kami tetap menolak dan beralasan ingin packing ulang dan istirahat dulu. 

Basecamp yang tak cukup luas itu di penuhi pendaki asal boyolali. Kami dipersilahkan masuk untuk beristirahat.

"Mba, bertiga saja? " tanya seorang mas.

Basa-basi pun terjadi hingga merekapun mengajak bareng naik ke lawu.
Kami hanya bisa menolak dan menyampaikan tujuan kami kesini.

Packing ulang, basa-basi dengan pendaki lain dan mandi kami lakukan sambil menunggu kehadiran hanjar, arif dan kang asep. Sebelumnya mereka memberi kabar kalau akan sampai basecamp sekitar jam 12 siang. Terlalu lama kami menunggu hanjar dkk akhirnya kami memutuskan untuk jalan duluan walau telat dari jadwal kami sebelumnya. Seharusnya kami mulai nanjak jam 9 tetapi tepat jam 10.30 kami baru memulai pendakian.

Tak lupa foto peta dan pelajari bersama. Sebenarnya ngerti gak ngerti dan ingat gak ingat tapi foto dulu saja kali guna.

"kalau ada hanjar, aku mau bawa daypack aja! " ucap sri

"Alhamdulillah" teriak aku dan eca berbarengan. Sembari menertawai sri.

Sebenarnya aku dan eca menunggu dari awal sri mengizinkan hanjar dkk untuk membantu kami tapi dia bersikeras untuk mandiri. Dan kita hanya bisa menertawakan sri yang tengah menyerah serta menertawakan usaha gila kita.. Wkwk

Sri tak mau menghubungi hanjar. Ia tak mau jadi bahan tertawaan hanjar dkk dan akhirnya akulah yang menghubungi mereka.

"arif kalian dimana? " chat ku pada arif
Ternyata arif sedang off. Akupun chat hanjar ternyata dia pun off.
Tak ada kabar kamipun memutuskan untuk jalan duluan. Setelah berdoa kami lanjut jalan. Melintasi tempat makan yang dibangun untuk pengunjung candi kethek, Seketika selera makan bertambah hingga kita putuskan makan dulu sebelum nanjak. (*padahal alibi buat nungguin hanjar dkk) 😂

Lanjut jalan mengikuti papan petunjuk menuju puncak. Aku jalan didepan, sri ditengah dan eca dibelakang. Formasi ini kami sepakati karena aku lebih bisa lihat petunjuk jalan dan sri lebih bisa mengimbangi ritme jalanku. Eca meminta dibelakang dengan bawaan barang lebih berat dari kami. Barang bawaan telah kami sepakati aku bawa logistik dan peralatannya, sri tenda dan eca minum sebanyak sembilan liter dan sisa enam liter akibat bocor masuk tenggorokan eca.. Ahaha satu liter doang sih sisanya bocor beneran. Ya eca hobi banget minum. Begitupun sri tapi saat itu tumben volume minum mereka sedikit berkurang dari biasanya.

Belum sampai candi kethek kita sudah kelelahan. Tak jarang tukar kerir guna menyeimbangkan punggung masing-masing. Lewat dikit candi kethek tepat di pertigaan tulisan menuju puncak kami berhenti sejenak.

Kami lebih sering kelelahan entah karena barang bawaan atau mental kami saat nanjak. Persiapan nanjak memang sudah cukup sempurna bisa dilihat dari barang bawaan kami mulai dari persiapan energi, persiapan jika dalam bahaya, hingga persiapan agar tak hypotermia. Tapi tidak dengan mental kami. Ada kekhawatiran tersendiri untuk pendakian mandiri ini. Tapi apa yang bisa diperbuat? Hanya meyakinkan diri bahwa kami bisa, ingin menguji sampai mana batas kami, belajar percaya pada diri sendiri, berjuang lebih keras. Semesta punya cara sendiri untuk mengajarkan kami.

Dalam peristirahatan. Datanglah pendaki yang aku lupa mereka dari mana. Mereka menawari kami untuk jalan bersama bahkan mau membawakan kerir kami. Seperti biasa kami hanya bisa menolak. Aku tak mau keinginan kami hanya merepotkan orang lain mungkin mereka tak merasa direpotkan. Bukankah bersama dan kawan baru adalah anugerah perjalanan? Tapi kembali bukan itu yang kami cari.

Aku sibuk mengecek hp berharap ada chat dari hanjar atau arif. Sinyal yang hilang pergi seperti menandakan harapan kami akan kedatangan hanjar dkk.

Arrgh berharap seperti itu membuat aku benar-benar lelah. Lebih baik fokus berjalan dan berusaha bersama. Ku putuskan mematikan hp. Dan sebelumnya ku kabari arif bahwa kami berada diantara pos 1 dan 2, plis susul ya. Itu bunyi chat terakhir ku yang entah masuk atau tidak. Lebih khawatir lagi ketika kaki eca keram dan dia terpeleset. Ditambah kekesalan sri karena eca yang tak mau tuker kerir dan tak mau jalan duluan. Pertengkaran-pertengkaran kecil mulai mewarnai perjalanan. Suara-suara mulai meninggi. Tapi untungnya kami bertiga bukan tipikal manusia yang bertahan dengan kondisi kesal. Beberapa menit kemudian semua mereda, memilih mengalah mengikuti karakter masing-masing. Karena sri paham betul bahwa eca bukan sesosok yang mau nurut pada aku dan sri. dan aku adalah tipe orang yang lebih percaya pada mereka. Aku akan menawari bantuan tapi jika mereka tak mau dibantu ya aku percaya pada mereka. Serta eca sesosok yang tak mau merepotkan orang lain.

Aku mulai memfokuskan jalan dan memikirkan keadaan kita. Tujuan kita pos 3 dan mendirikan tenda disana. Kalau tidak sampai pos 3 sebelum gelap kita cari lapak untuk nenda tapi kalau gak dapat lapak juga kita turun itu pinta ku pada sri.

Ku kayuh kakiku. Ku tawari sri dan eca minum. Sudah sekitar empat jam kami berjalan. Pos 2 belum juga terlihat. 

Sri meminta untuk beristirahat.
Ditengah istirahat itu tiba-tiba lelaki mengenakan baju hitam lengan hijau dengan style khas arif terlihat oleh sri. Eca pun berteriak

"ka ariiif"

"siapa ya? "

Tiba-tiba wajah kami bertiga berubah. Mental yang tadinya layu berubah jadi bergairah. Mereka datang. Arif, hanjar dan kang asep.
Betapa bahagianya kami. (emot haru bahagia ala wa)

Bergegas arif dan hanjar bertukar kerir dengan eca dan sri. Kini, eca dan sri membawa daypack yang lebih ringan dari kerir mereka
.
"sekarang bawa daypack, bisa lari ya?" ledek hanjar

Kami hanya bisa tertawa.
Ketiga lelaki ini mulai membully kemandirian kami. Celoteh kata "melehoy" pas dilayangkan hanjar kepada kami.

"Pendaki melehoy"
"KCP melehoy"
"Mandiri atuuuh"

Kami hanya ikut tertawa. Menertawai kelakuan kami. Menertawai kegilaan dan gengsi kami.

Akhirnya kami berenam berjalan bersama menuju pos 3. Seperti biasa kami lebih banyak istirahat,  ngemil dan membully. Hanjar mengingatkan untuk jangan banyak istirahat kita harus cepat sampai di pos 3 sebelum malam. Jalur menanjak tak kami hiraukan. Kami lebih banyak membicarakan dan menertawai diri kami sendiri.

"mandiri atuuuhh"

entah mereka bertiga menyemangati kami atau meledek kami..haha

Sampai di pos 3. Hanjar, arif dan kang asep bergegas mendirikan tenda. Hasil belajar mendirikan tenda aku dan sri pada malam sebelumnya tidak kami aplikasikan. Kami hanya menyaksikan mereka mendirikan tenda sembari beralasan kita lama kalau mendirikan tenda..hehe

Setelah tenda berdiri. Arif mulai memasak. Betapa enaknya kita. Mandiri tapi tenda didirikan,  makan dimasakin dan bawaan dibawain..hehe

Setelah makan kami berisitirahat untuk persiapan esok summit. Hanjar mengambil alih konsepan pendakian kami. Dengan segala pertimbangan kami mengikuti usul hanjar untuk summit esok hari tanpa bawa kerir dan turun kembali ke tenda, bermalam kembali dan lusa nya kita turun ke basecamp.

Malam itu pos 3 cukup ramai tapi kami berhasil tidur nyenyak akibat kelelahan.
Terima kasih kawan ucapku malam itu. Aku memahami bahwa kami punya batas untuk bertindak dan kami butuh untuk menerima bantuan.
Perjalan selalu punya cara sendiri untuk memberikan pengajaran.

Minggu, 02 April 2017

Gunung lawu: Keberangkatan

Pagi itu kamar sri lebih mirip dengan kapal pecah. Untuk ketiga kalinya packing ulang karena barang-barang yang kami bawa tak muat di kerir. Setelah selap-selip cemilan akhirnya packing pun selesai.

Pukul 13.00 WIB kami berangkat dari kosn sri menuju stasiun senen. Saat itu cahyo atau biasa dipanggil om yo ingin ikut mengantar kami ke stasiun senen. Ya sudahlah kita izinkan. Tak lupa sri pun malak om yo untuk beli bekal perjalanan kami di kereta..hehe

Siang itu kami sampai jam tiga, masih ada waktu sejam untuk naik kereta. Kereta yang akan mengantarkan kami yaitu Matarmaja jurusan kediri dengan keberangkatan pukul 15.58 WIB. Stasiun yang kami tuju adalah Solo jebres. Setelah cetak tiket aku dan eca menunggu sri dan om yo yang sedang beli makan.

Nampaknya eca sedang tak enak badan. Sedari dikosn sri, eca sudah mual-mual. Khawatir rasanya dengan kondisi eca, ku suruh ia makanpun tak mau akhirnya dia minum obat agar rasa mualnya bisa diganti dengan kantuk. Sebenarnya yang tak sehat bukan eca saja tapi aku dan sri juga sama. Entahlah, apa sakit atau kita demam panggung akibat mau berangkat ke lawu secara mandiri. Ku alihkan pikiranku, ku ingat kembali niatan dan tujuan kami. Bismillah.

Tepat 15 menit sebelum keberangkatan sri dan om yo sampai. Kami pun langsung berlari ke peron dengan nafas yang tak beraturan dan keriweuhan membawa bekal dari om yo. Setelah pamit kepada om yo kamipun masuk ke gerbong besi dan mencari tempat duduk kami.

Bagasi telah penuh, seperti biasa kami riweuh meletakkan kerir. Semua penumpang digerbong 3 menyaksikan ketiga wanita yang tengah kesulitan merapihkan barang-barang. Tapi tak satupun yang tergerak untuk membantu. Ya sudahlah tema perjalanan kami adalah mandiri jadi semua keadaan akan mendukung kemandirian kita #piyuh

Kamipun duduk dengan muka kelelahan dan langsung melahap bekal dari om yo. Demi apapun pemberian om yo ini sesuatu banget. Terima kasih om yo, kita padamulah. (kalau ada penghargaan mungkin om yo yang akan kita beri penghargaan pertama kali.. Wkwk)

Tak terasa ternyata keluarga yang duduk didepan kami tengah memperhatikan kami. Kami pun kikuk dan senyum seperti nyengirnya kuda.
"mau kemana dek? " tanya ibu didepanku
"ke solo bu, ibu kemana? " jawabku
Keluarga tersebut hendak menjenguk anak kedua nya yang mondok disebuah pesantren daerah jombang.

Sekilas aku perhatikan keluarga ini. Mereka terlihat sederhana tapi tak lepas dari gadget. Kamipun hanya sesekali berbasa-basi.

Sesekali aku mendengar anak bungsunya murojaah (mengulang hafalan) QS. Arrahman. Tiba-tiba aku jadi penasaran apa anak ini sedang menghafal alquran ku taksir dia berumur sekitar 8 th.

Setelah ada moment untuk bertanya. Aku mulai membuka pembicaraan.
"ibu, anak ke dua nya kenapa jauh sekali mondoknya? Sekolahnya di gontor? " sedikit aku tahu pondok modern yang sudah mencetak generasi terbaik yaitu gontor dan banyak orang tua yang ingin anaknya mondok disana.
"bukan, tapi mondok daerah jombang tidak terkenal tapi pondok ini cukup bagus, tidak hanya ilmu agama tapi fokus juga ke ilmu umumnya, kebetulan ibu sendiri yang mencari infonya."
Tiba-tiba aku mulai kagum dengan keluarga ini. Ibu tersebut sangat perhatian dengan pendidikan anaknya.

Akupun menyaksikan kembali si bungsu yang tengah murojaah juz 30, didengarkan oleh ayahnya dan diperbaiki oleh ibunya. Kalau begitu kedua orang tua nya hafal juz 30 dong?? MasyaAllah aku semakin mengagumi keluarga didepanku ini.

Laju kereta semakin cepat. Entah sudah sampai mana. Aku lebih tertarik menyaksiakan keluarga dihadapanku. Ketika hendak tidur sang ibu menceritakan kisah-kisah nabi pada anaknya dengan cara saling tanya. Pembelajaran parenting yang unik. Aku hanya bisa berbisik pada sri. Betapa kita tengah dilanda kebaperan oleh keluarga ini...huhu

Malam itu sambil menunggu tiba distasiun jebres aku hanya memperhatikan keluarga dihadapanku dan asyik mengobrol dengan sri. Sayangnya aku tak bisa mengajak eca untuk membicarakan malam ini karena efek obat yang dia minum. Keluarga dihadapanku mengajarkan bahwa islam itu bukan sekedar penampilan tapi penerapannya. Malam itupun sri bercerita banyak tentang kehidupannya.

Aku mensyukuri atas setiap pertemuan dengan orang-orang baik yang bisa mengajarkanku sesuatu. Selain keluarga dihadapanku, pun sri wanita biasa tapi perjuangan hidupnya membuat aku kagum. Malam itu dia berhasil membuatku menangis. Ia bercerita betapa tuhan tengah menyayangi ia. Ditengah kesulitannya beberapa waktu lalu ada saja karunia tuhan yang membuat dia takjub. Bermula dari sedekah sampai Allah beri kemudahan atas semua kesulitannya. Disitu aku benar-benar menangis. Tuhan begitu menyayangi sri.

Tuhan terima kasih atas perjalanan ini. Belum sampai puncak lawu Kau berikan pengajaran yang berharga dihadapanku.

Sabtu, 18 Maret 2017

Ulin ka Ciwidey & Ranca Upas

Ranca Upas
11 maret 2017
Tepat saat persib main di stadion pakansari Bogor. Saat itu pula kota Bandung menjadi tetap ramai tapi akses kemana-mana cukup berkurang kepadatannya dari biasa. Dan saat itu aku pun datang bertandang ke kota Bandung. #bukanuntukmainbola

Euforia pesta bola pasti dirasakan di stadion tempatku lahir. Saat itu pula dibeberapa gang, diwarung-warung kopi, di kota Bandung euforia itu hadir pula. Mereka tengah menyaksikan pemain-pemain dari bumi pasundan yang tengah bekerja keras dilapangan hijau.

Riuh, sorak sorai penonton didepan penginapanku di daerah Lawang Kawuh terdengar jelas. Suara penonton menandingi suara televisi yang disediakan para bapak untuk menonton bersama. Aku, indry, nopi dan wardah hanya bisa mendengarkan sambil mengingat-ingat kembali perjalanan esok. Selamat untuk persib yang resmi menjadi juara 3 piala presiden 2017. Diadakannya pertandingan ini di Bogor menjadi keuntungan tersendiri buat ku yang sedang explore Bandung. Jadi akibat pertandingan ini suasana Bandung tidak sepadat biasanya. Banyak pendukung persib atau Bobotoh yang ikut hadir langsung menyaksikan pertandingan.
Yey terima kasih.

Bukan tentang persepak bolaan yang akan ku bahas tetapi perjalananku explore Bandung untuk kesekian kalinya.#senang #bangga #penontontepuktangan

Kali ini mengexplore Bandung bagian selatan yaitu daerah Ciwidey setelah dua kali gagal berkunjung ke Ciwidey.

Penginapanku didaerah lawang kawuh dekat stasiun Bandung. Meski daerah kota, udara disini tetap sejuk dan dingin karena Bandung dikelilingi banyak gunung diantaranya Gunung Patuha, Gunung Burangrang, Gunung Manglayang, Kawasan Kamojang dan masih banyak lagi.

Perjalanan dapat ditempuh selama dua jam dengan kondisi jalan yang lancar. Pagi itu cukup lengang. Dibeberapa titik kemacetan antrian mobil tidak begitu panjang. Memasuki kabupaten Bandung kami dimanjakan dengan petak-petak sawah yang begitu luas dan julangan gunung-gunung mengelilingi jalan. Selanjutnya jalanan berkelok-kelok dan menanjak memasuki pegunungan. Setelah memasuki daerah ciwidey akan banyak terlihat tanaman strawberry yang bisa kita petik langsung, sayangnya saat itu strawberry belum berbuah.

Tepian Kawah putih
Kawah putih merupakan sebuah danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha, oleh masyarakat Ciwidey dianggap sebagai gunung tertua. Tanah yang bercampur belerang di sekitar kawah ini berwarna putih, lalu warna air yang berada di kawah ini berwarna putih kehijauan, yang unik dari kawah ini adalah airnya kadang berubah warna. 

Letusan hebat oleh Gunung Patuha pada abad ke 10 membuat banyak orang beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawasan tersebut akan mati. Karena kepercayaan tersebut, tidak ada orang yang berani mendekati kawasan ini sampai akhirnya pada tahun 1837 ada seorang ahli bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn yang memutuskan untuk pergi ke puncak Gunung Patuha demi ilmu pengetahuan dan sejak saat itulah kawasan kawah putih ini mulai di explore untuk penambangan belerang serta wisata. #daribeberapasumber

Untuk sampai ke kawah disediakan mobil khusus disebut ontang-anting. Boleh memakai kendaraan pribadi tapi karena berada dikawasan ini tidak ada salahnya ikut merasakan fasilitas ini.

Kawah putih memiliki ketinggian 2434 mdpl dengan suhu hingga 8 derajat celcius bahkan perna mencapai 0 derajat. Kebayangkan dinginnya berada di kawah putih. Berada di Kawah putih tak usah lama-lama karena belerang merupakan racun jika terhirup lama. Secara keseluruhan kawah putih bagus untuk foto dan dikunjungi.

Selanjutnya destinasi berlanjut ke Ranca Upas yaitu obyek wisata alam dan terdapat penakaran rusa. Letaknya tidak jauh dari pintu keluar Kawah Putih. Rusa-rusa di ranca upas adalah binatang liar yang hidup dilereng gunung patuha, namun karena keberadaannya yang memprihatinkan lalu rusa tersebut dipelihara secara serius oleh pengelola Ranca Upas. Di Ranca Upas pula terdapat area camping ground yang begitu luas. Pemandangan alam di Ranca Upas sungguh mengagumkan.


Pengunjung diperbolehkan memberi makan wortel pada rusa. Berkunjung ke Ranca Upas menyenangkan apalagi ditambah sahabat seperti mereka.


Menikmati pemandangan di Penakaran rusa ini sangat mengasikkan karena kita akan disuguhkan langsung dengan julangan gunung patuha serta hamparan pohon yang ijo-ijo. Disini tersedia pula area untuk kamping, permainan paint ball, serta ada kolam renang. Ditambah terdapat penjual cemilan khas jawa barat yaitu olahan aci-acian seperti cilok, cireng, cilung, sampai bakso cuanki jadi puaskanlah hobi nyemil kita. Belum lengkap rasanya kalau ke bandung engga ngerasain cemilan yang terkenal banget dikalanagan anak SD Jawa Barat..wkwk

Minggu, 05 Maret 2017

Lembang: Taman begonia dan Farm house


Entah keberapa kalinya aku mengunjungi Bandung.

Sebagai seorang karyawan yang terbatas dengan cuti aku memanfaatkan week end dan cuti sehari untuk explore Bandung.

Berkunjung ke Bandung bisa menggunakan semua jenis transfortasi kali ini aku dan temanku, sebut saja dia tria pergi ke Bandung menggunakan kereta api Argo parahyangan kelas ekonomi yang berangkat pukul 20.00 WIB dari Stasiun Gambir sampai Stasiun Bandung pada pukul 23.11 WIB.

Kereta Bandung cukup nyaman. Gerbong belakang kelas ekonomi dan gerbong depan kelas eksekutif yang membedakan pasti dari segi harga dan kenyamanan tapi jangan khawatir kelas ekonomi pun cukup nyaman jadi tidak rugi juga dikelas ekonomi. Keunggulannya saat ini adalah pemeriksaan tiket tidak mengganggu penumpang. Petugas cukup mengecek ketersediaan setiap bangku yang disamakan dengan data yang ada di smart phone nya. Karena pengecekan tiket sudah dilakukan saat boarding pass. 

Pelarangan merokok benar-benar diterapkan. Penumpang dilarang sama sekali untuk merokok di dalam gerbong jika ketahuan penumpang tersebut langsung diturunkan.


Welcome to Stasiun Bandung. 

Alhamdulillah punya teman di Bandung buat nampung nginep semalam. Tanpa repot-repot cari penginapan.

Sekedar info saja penginapan di Bandung banyak pilihannya. Di stasiun Bandung pun ada. Mulai dari yang murah sampai mahal banget. Taulah kalau aku kesana pasti cari gratis dulu baru murah.. Haha
Karena sudah larut malam kami langsung ke rumah teman yaitu nisa dan lanjut istirahat, persiapan esok explore bandung tepatnya daerah lembang.

Lembang merupakan daerah wisata yang berudara dingin. Di daerah ini terdapat beberapa obyek wisata. Salah satu obyek wisata yang kami kunjungi adalah Taman Begonia dan Farm house.

Lembang sudah menjadi tempat berlibur wisatawan terutama dari jakarta. Jangan heran setiap week end daerah ini akan padat oleh kendaraan berplat B. Suasana dingin kota lembang menjadi kenyawanan tersendiri untuk berlibur dan beristirahat disini. Di lembang banyak obyek wisata & tempat makan yang di design menarik dan difasilitasi latar untuk berfoto selfie. Sehingga menyebabkan tempat ini dikenal dan diinginkan untuk dikunjungi saat beberapa pengunjung mengunggah selfie nya di media sosial karena saat ini media sosial adalah tempat pemasaran yang ampuh untuk menjual suatu tempat wisata atau tempat makan.

Aku bermalam ditempat nisa. Nisa adalah orang sunda yang ikut suaminya tinggal di Lembang. Suaminya orang lembang asli. Mereka adalah sepasang suami istri yang baik karena mau menampung serta menjamu kami dengan sangat baik. Karakter orang sunda salah satunya seperti mereka. Ramah dan memuliakan tamu. Mereka hidup sederhana dirumah yang hanya ada satu kamar, ruang tamu, dapur dan toilet. Jangan bayangkan ukuran rumahnya besar tapi itu sangat kecil. Sebagai tamu kami dipersilahkan tidur dikamar mereka sementara sepasang suami istri ini tidur diruang tamu. Jadi kebalik ya.. Haha tapi ini bentuk mereka memuliakan tamu. Sudah nolak tapi mereka maksa ya sudahlah mereka hanya ingin kita nyaman dan senang. :)

Pagi sekali kami sudah disiapkan motor oleh suami nisa untuk berkunjung ke Taman Begonia. Setelah sarapan kami langsung berangkat. Pagi itu hari senin aktivitas senin pagi dilembang sama dengan aktivitas ditempat lainnya. Karyawan bekerja, disekolah siswa dan guru upacara. Tapi pagi itu lembang cukup lengang.  Wisatawan lokal sudah pulang kedaerahnya. Aku memilih senin untuk berkunjung ke lembang agar bisa benar-benar menikmati perjalanan dari keramaian pungunjung lain.


Taman begonia merupakan taman bunga yang cukup luas, terdapat pula lahan sayur yang bisa kita ambil tapi tidak gratis. Ada harga untuk setiap sayurnya.

Taman Begonia
Latar disini sangat bagus untuk foto prewed memang untuk itu sih tempat ini tapi kalau aku nanti aja yah setelah nikah kalau prewed belum halal euy.. Wkwk Banyak tempat duduk untuk santai-santai. Secara keseluruhan sih bagus dan nyaman.

Farm house
Next ke farm house. Ternyata senin pun disini masih padat pengunjung. Area parkir cukup ramai dan pengunjung juga ramai. Farm house itu salah satu yang diminati wisatawan untuk dikunjungi dilembang kita bisa melihat-lihat peternakan kambing, kelinci dan sapi. Yang unik tiket bisa ditukar dengan susu atau sosis bakar. Disediakan pula penyewaan kostum ala luar negeri untuk berfoto.
Pengunjung bisa puas menikmati tempat-tempat unik di farm house mulai dari rumah hobbit, Rumah sosis, warung susu hingga duduk dikursi-kursi dari kayu. 

Sabtu, 25 Februari 2017

Langit



Hampir setiap musim hujan aku tak melihat langit biru atau langit malam penuh bintang.

Mengapa aku suka langit? 

Karena langit itu luas dan indah.  

Aku ingin memiliki hati seluas dan seindah langit. 

Ketika terik siang ia mampu memberikan kesejukan dengan warna birunya dan mampu berkolaborasi dengan awan putih. 

Ketika sore hari langit mampu memberikan beragam warna dari orange hingga merah. Siapa yang dibuat syukur?  Yah, para pencinta senja. 

Ketika malampun ditengah kegelapan ia mampu memberi sesungging senyum si sabit bahkan hingga si benderang purnama.

Jangan tanya keindahan taburan bintang bahkan mereka buru hingga tengah malam. 

Disemua keindahan aku tak akan lupa bahwa langitpun bisa menangis.

Selasa, 21 Februari 2017

Tentang buku "Second Chance"


Buku ini berjudul "Second chance" atau lampaui batasmu ditulis oleh rago, irfan, fajar. Jika kamu menyukai tentang motivasi pasti buku ini menjadi sederetan buku yang akan kamu baca. Jika kamu seorang pendaki pasti kamu tak asing dengan salah satu penulisnya.  

Ramadhan irfan, seorang pendaki yang berhasil mendaki puncak tertinggi jawa dengan keterbatasan kakinya. Dan jika kamu perna mendengar namanya di acara seminar motivasi pasti tahu bagaimana kisahnya. Yups dikenal dengan kata motivasi andalannya sekaligus karya pertamanya "tabah sampai akhir" menguatkan keyakinan seorang irfan untuk berjuang dalam kehidupan.

Aku sangat respect dengan buku "second chance". Hati seperti apa yang para penulis miliki sehingga mereka bisa berjuang dan tetap bertahan dalam hidup. 
Membaca kisahnya pasti membuat aku menangis. Bagaimana tidak?  Musibah yang menimpa ketiga penulis menyebabkan mereka memiliki keterbatasan, terkucilkan, terdeskriminasi. Tetapi justru keterbatasanlah yang membuat mereka bangkit.

Rago, kecelakaan yang hampir merengguk nyawanya. Ia jatuh dari ketinggian lima belas meter dari atas tebing karst di daerah Padalarang, tempat latihan Komando Pasukan Khusus (Kopassu) Indonesia. Yang menyebabkan tangan kanannya lemah tak berfungsi. 

Ramadhan irfan musibah yang menimpanya saat ia melakukan kegiatan climbing ia terempas dari ketinggian sepuluh meter papan panjat di kampusnya yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan dibagian kaki hingga saat ini ia berjalan menggunakan tongkat.

Fajar, kecelakaaan motor yang menimpanya membuat saluran pembuangannya rusak dan menyebabkan pembuangannya dibantu menggunakan kantong.

Bagaimana perjuangan mereka untuk bertahan?? 
Niat mulia mereka adalah bagaimana memotivasi setiap orang yang memiliki kekurangan untuk senantiasa berjuang, bermimpi dan bertahan serta mereka ingin menghapuskan deskriminasi terhadap para penderita cacat dan memberikan motivasi bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk bermimpi.

Buku ini kaya akan semangat. Rasanya diri ini benar-benar dibuat malu oleh semangat mereka. Buku ini penuh syukur,  kelebihan yang kita miliki seharusnya membuat kita bisa lebih baik lagi dan betapa Allah maha baik atas yang diberikan pada manusia. Apa lagi kesempatan kedua untuk hidup yang diberikan Allah pada ketiga penulis. 

Jangan lelah untuk berbuat kebaikan, jangan lelah untuk bermimpi karena Allah bersama orang yang berbuat baik dan bersama orang yang mau melakukan perubahan kearah yang baik. 

Sekian. 

Tulisan ini bukan resensi buku, ini hanyalah pendapat pribadi dan rasa yang aku dapat setelah membaca buku ini.

Salam. 

Sabtu, 18 Februari 2017

Garut: Bukan sekedar dodol dan coklat

Tadi malam aku dan adik-adikku masih berdebat. Bagaimana perjalanan esok?
Jadinya kemana?
Mau berangkat jam berapa?

"Garut aja yuk!"

Setelah ku jelaskan panjang lebar mengenai garut, merekapun setuju. Kami memutuskan explore seluruh pantai digarut. Untuk menuju garut kami lewat puncak-cianjur-bandung-nagrek-garut.

Garut bukan hanya tentang dodol, coklat atau papandayan. Di Garut pun ada beragam wisata. Mulai dari candi, kawah, bukit hingga pantai.  

Pagi itu jalanan masih lengang. Kami putuskan lewat puncak karena menghindari macet. Saat masih pagi sekali jalur puncak masih lengang tapi kalau sudah siang jalur puncak pasti macet.
Mobil sudah memasuki Bandung tak lupa kami nyalakan GPS dibantu oleh google map. Lokasi kami jatuhkan langsung pantai santolo garut. Menurut google map kami akan sampai tepat pukul 13.00. Setelah mengikuti map kami diputar-putar melewati pasar dan perumahan yang entah apa namanya.

Akupun berdebat dengan adikku. Aku minta menuju jalan utama dan ikuti bis garut. Tapi adikku juga keukeuh tapi tetap calm, dia bersikeras mengikuti google map. Akupun hanya diam, ikut mereka saja. Setelah keluar dari rumah warga, tiba-tiba kami memasuki area perkebunan teh dilanjut pemandangan cantik semesta. Jalanannya turun naik bukit sepertinya daerah ini akan dijadikan area bisnis entah wisata atau pabrik. Ternyata kami keluar di daerah kamojang. Seperti memasuki daerah wonosobo. Terdapat pipa air besar untuk pengairan.

Hutan alam di Kamojang dilindungi oleh pemerintah biasanya tempat ini dijadikan daerah penelitian, konservasi atau praktikum para mahasiswa. Keluar dari hutan, kami melewati perkebunan teh dan memasuki bukit dengan kelok yang bisa di selesaikan selama satu jam. Sampailah kita di cigarungsang Garut untuk sampai ke pantai sekitar satu jam dari cigarungsang. Ikuti saja petunjuk jalan hingga sampai pantai santolo daerah Pameungpeut. Sampai pertigaan terpampang jelas arah menuju pantai santolo yaitu belok kiri.

Memasuki pintu gerbang pantai kita akan bertemu dengan salah satu tempat penerbangan roket milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LPAN) ini tempat nya cukup luas sampai tempat pelelangan ikan.  Kami sempat berjalan-jalan ditempat pelelangan ikan suasananya hampir sama dengan pasar ikan. Disini dijual berbagai ikan laut dan banyak warung hingga restoran mewah yang menyediakan menu khas laut.  Jika kita ingin merasakan suasana pantai kita bisa menyebrang dengan perahu ke pulau sebelah. Jika ingin merasakan air pantainya bisa bermain banana boat atau sekedar bermain pasir dibibir pantai. Tapi hati-hati ombak di pantai santolo gak beraturan dan di beberapa bagian pantai kedalamannya cukup tinggi. Kalau mau hanya mandangin laut sambil bobo keren bisa sewa pendopo di tepian pantai.


Pantai Santolo
me dan dede
Hari itu cukup terik, ombak pun cukup kencang, kita pun tak berselera untuk bermain dipantai. Jalan-jalan sebentar ditepian lalu melipirlah kami kerumah makan yang menjajakan masakan khas laut. Cukup siapkan uang yang banyak untuk mencicipi makanan disini karena masakan laut itu cukup mahal..hehe

Selesai makan kami lanjutkan untuk berkunjung ke Bandung sekalian jalan pulang. Setelah bertanya pada pemilik warung mengenai akses yang cepat menuju Bandung kami pun langsung berangkat. Menurut pemilik warung jalan yang kita ambil adalah jalan tadi berangkat dan kemungkinan akan sampai jam 8 malam jika lancar. Ia tidak menyarankan untuk jalur pantai karena jalannya rusak. Kami pun menyalakan kembali GPS menelusur di MAP. Menurut MAP jalur yang cepat adalah menyusuri tepian pantai garut. Kami putuskan ikut google MAP dan menghiraukan saran pemilik warung..hehe

Sepanjang jalan menuju Bandung
Sepanjang perjalanan menuju Bandung kami disuguhi pemandangan laut dengan air yang cukup tenang dan si cantik senja. Kalau mau berenang kita akan sampai di Samudera Hindia itu kata google MAP tapi gak usah dicoba ya 😂 Pantai yang kami lewati begitu panjang hingga sampai di pertigaan kita belok kiri. Memasuki hutan jalan semakin sempit beberapa jalan yang kami lewati mungkin hanya bisa dilalui oleh satu mobil jalannya pun banyak yang rusak, ternyata benar kata ibu pemilik warung..hhe Namun pemandangan dijalur ini begitu menawan. Kami memasuki perbukitan yang begitu luas dengan beragam kelok. Setelah mengecek di google ternyata kami berada di kelok seribu ((WAW)) Perbukitan yang kami lewati tidak habis-habisnya seperti tak ada ujungnya tapi tempat ini begitu menakjubkan. mengingatkan aku seperti di film-film yang berlatar tempat di hutan New Zeland atau amazon ya? yah pokoknya diluar negerilah tak ku sangka ada di Garut..hehe Benar-benar menawan mungkin kedepannya bisa dikembangkan dan adanya perbaikan jalan, petunjuk jalan serta penerangan lampu lalu lintas. Tapi entah aku yang tak tau informasi atau memang tempat ini belum dikenal atau sudah ada yang mengurus. Aku berfikir bahwa tempat ini cocok di bangun kereta gantung itu mah fikiran selintas saja gak ada motif dan tujuannya..haha biar bisa liat keelokan bukit ini saja dari ketinggian.

Karena  kemalaman main petak umpet di kelok seribu, kamipun sampai di Bandung sekitar jam 10 malam. Kami putuskan untuk langsung pulang ke Bogor mungkin next berkunjung ke Bandungnya.

SEKIAN