Minggu, 29 Januari 2017

Gunung Arjuno 3339 mdpl: Pendakian kita

Minggu, 11 Desember 2016
Pagi itu kami sambut dengan suka cita. Tujuan kami hari ini adalah puncak arjuno.
Seharusnya malam tadi kami naik ke puncak welirang tapi karena beberapa teman sudah kelelahan tim pun memutuskan mengcancel ke puncak welirang dan memaksimalkan untuk ke puncak arjuno saja.

Good team kalian manusia terbaik yang tak melulu menuruti ego #banggakenalmereka😢

Satu demi satu grup kami berjalan menuju lembah kijang. Di lembah kijang kami berhenti sejenak untuk pemotretan. 
Jadi, memang sudah diagendakan ada sesi pemotretan ala-ala gitu deh😁
Lihat saja yah hasil pemotretannya

Kallian luar biasaaaaa..

Bebaaaaaas

Gaya lagiii

Perjalanan kami lanjut.
Dari Pondokan sampai lembah kijang jalurnya tanah menanjak, sesekali akar pohon dan tanah berbatu besar. Melewati hutan pepohonaan besar membentang didepan mata. kabut dan gerimis menghiasi perjalanan kami. Kami terus berjalan. Menaiki satu bukit kebukit lain. Kami berjalan cukup jauh.
Semakin menanjak julangan puncak welirang semakin terlihat. Gunung kembar 1 dan 2 pun jelas terlihat. Sungguh indah.

Perlahan aku memandangi semburat orange di lautan senja, Semesta menjingga. Menggelapkan bayang-bayang awan dan puncak welirang yang terlihat gagah diantara pepohonan. Senja harus ridha aku tinggal sebab menjelang malam kuharap bertabur bintang.

Sampai di Pasar Dieng kami mendirikan tenda dan beristirahat. Malam itu begitu dingin. Semua beristirahat. Ku rasa malam itu tak bertabur bintang.

Senin, 12 Desember 2016
"Pagi Dunia"
Suara popy  membangunkanku yang masih asyik berbalut kantung tidur. Dingin masih terasa dibadanku. Membuat diri malas untuk sekedar menyapa pagi. Teman-teman tengah mempersiapkan diri untuk ke puncak arjuno. Aku belum bersemangat untuk keluar dari kantung tidur. Sementara teman-teman ke puncak, aku dan sri masih belum bergerak dari posisi kepompong. Beberapa menit kemudian kami berani kan diri untuk keluar tenda. Ku sapa pagi yang penuh kabut dan sekumpulan bunga edelweis. teringat dengan pesan seorang teman.



"jadilah seperti bunga edelweis"
Sampai sini aku mengerti mengapa temanku berpesan seperti itu
Untuk mendapatkan bunga edelweis butuh banyak perjuangan, karena bunga ini tumbuh dipuncak-puncak lereng gunung. Untuk sampai ketempat ini saja sudah kewalahan luar biasa terbayangkan bagaimana susahnya memperolah bunga edelweis. 
Bunga edelweis tidak hanya abadi tapi juga kokoh karena bunga tersebut mampu mengajarkan pada manusia tentang kegigihan dalam menghadapi situasi apapun. Bunga edelweis tidak mati ataupun layu ketika berada di suhu yang dingin bahkan mencapai suhu minus.
Bunga yang kokoh dan indah jika bersatu,  seperti manusia yang tak bisa hidup sendiri.

Setelah teman-teman turun dari puncak. Kami bersiap packing dan turun menuju basecamp Lawang.
Jalan turun masih didominasi dengan bebatuan. Setelah melewati pertigaan menuju puncak arjuno jalan mulai bertanah samping kanan kiri ilalang, kadang pepohonan besar.
Kaki benar-benar sudah kelelahan seolah sudah mati rasa untuk berpijak. Tak terhitung sudah berapa kali kami terjatuh. Ada yang sibuk menanti teman terjatuh. Ada yang sibuk menghitung berapa kali teman terjatuh..haha aku sih sibuk serodotan karena kaki yang tak bisa dikompromi untuk berjalan.

Hari semakin gelap. Pos yang kami tuju pun belum terlihat.
Persedian air pun sudah menipis. Team sudah kelelahan. Mas tirta dan mas edi memutuskan turun duluan untuk mencari air. Kami yang dipimpin oleh mas nanda perlahan mengikuti langkah mas tirta dan mas edi yang sudah tak terlihat wujudnya. Kami berjalan bersama. Saling menyemangati satu sama lain meski kita sama-sama merasakan kelelahan. Sesampainya dipertigaan kami kehilangan arah. Team yang didepan memberi tahu bahwa salah jalan. Aku yang berjalan bersama kang asep pun berhenti sejenak menunggu instruksi yang lain. Menunggu beberapa menit akhirnya mas nanda dan ira yang jalan di depanku menghampiri kami. Mas nanda meminta team yang tersesat untuk  kembali dengan kode-kode yang di bunyikan jadi di gunung atau di hutan itu jika butuh bantuan kita bisa memberikan kode-kode tertentu dangan suara atau sinar lampu.
Ditengah kepanikan dan kelelahan kami semua. Aku berbaring di batu besar menghadap langsung kelangit. Wah betapa kikirnya malam ini ditengah kelelahan kami sedikitpun langit enggan mempersilahkan bintang untuk muncul tetapi dalam kondisi seperti ini aku tetap bersyukur berada bersama teman-teman seperti mereka.

Karena kelelahan yang tiada tara kami mendirikan tenda ditempat yang cukup datar guna berisitirahat dan melanjutkan kembali turun ke basecamp Lawang esok pagi. Aku dan sri yang sudah kedinginan digiring langsung ke tenda. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena sudah lelah dan dingin.

"Teteh bangun, minum dulu"
Suara popi membangunkan ku. Dia usap-usap pipiku. Rasanya benar-benar dingin dan malas untuk bergerak. Perlahan ku minum air hangat yang entah siapa yang membuat. Lalu dengan cekatan sofy membungkus aku dengan matras alfumunium foil. Tiba-tiba air mata membasahi pipi ku. Dalam kondisi seperti ini aku merasa terharu atas perbuatan mereka semua. Tak terasa aku pun tertidur hingga pagi.

Selasa,  13 Desember 2016
Pagi sekali aku terbangun. Ku lihat para lelaki masih tertidur karena kelelahan. Aku tahu mereka tidur tidak sepenuhnya tidur karena tempat untuk tidur yang seadanya mereka tidur diluar tenda. Tenda satu hanya untuk aku, popy dan sri. Setelah kami keluar tenda arif, mas dika, om yo dan faiz masuk tenda untuk beristirahat sebentar. Sementara oji masih tidur diluar dan kang asep sibuk packing. Karena aku dan sri lama dalam berjalan, kami putuskan packing dan turun duluan.
Setelah sampai di pos tempat mas tirta, mas edi, mas nanda , ira dan sofy ngecamp kamipun lanjut untuk segera turun ke basecamp lawang dan lanjut mengejar kereta untuk pulang ke Jakarta.

Sekian :)

Semua foto masih di sumber yang sama: Dokumentasi @za_frans

Minggu, 15 Januari 2017

Gunung Arjuno 3339 mdpl: Menikmati jeda

Maafkan aku yah part selanjutnya mengenai pendakian arjuno molor banget karena cuaca yang gak menentu menyebabkan akunya istirahat sepeti gunung yang lagi penutupan *alasan *ditakol
Iya iya mungkin penulis lagi galau..wkwk
Atau penulis pura-pura sibuk
Mungkin dia keserang penyakit malas
((Serah dah))

(Shofi, mas tirta, ira, popy, syura, sri, mas dika, faiz) depan
(mas nanda, arif, mas edi, om yo, oji, kang asep) belakang

Jumat, 9 Desember 2016
Tepat pukul 11.00 WIB kami sampai dibasecamp Tretes. Basecamp ini masih sepi dan udara masih sejuk sepertinya semalam turun hujan karena tanah yang ku injak cukup basah. Keadaan dibasecamp ini sama seperti dipuncak bogor sepi dan banyak pohon yang membedakan adalah udaranya tidak sedingin dipuncak bogor mungkin karena daerah jawa timur lebih ketimur kali ya?? 
Oke sebelum berkisah perkenalkan dulu personil pendakian gunung arjuno-welirang ya yaitu arif, faiz, sri, poppy, mas dika, oji, cahyo, kang asep, mas tirta, mas eddy, mas nanda, shopy, ira dan aku sendiri. Kami berempat belas siap berjalan selama kurang lebih 96 jam mendaki gunung arjuno-welirang, lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera.. *itu mah lagu ninja hatori* 😂

Tujuan kami yaitu pos 2 kop-kopan  dan mendirikan tenda disana karena dekat dengan sumber air. Pendakian menuju pos 2 dapat ditempuh selama 5 jam dari basecamp tretes dengan kondisi tanjakan batu dan jalannya pun cukup lebar. Tapi itu waktu pendakian normal ya. Tidak buat aku..hehe

Hari pertama pendakian hujan turun sejadi-jadinya entah sedang menyambut kami atau sekedar menyuburkan tanah gunung arjuno?? Waktu itu aku sedikit menikmati karena sedari kecil aku menyukai berlari-lari saat hujan atau jalan-jalan kecil ditengah guyuran hujan Tapi hujan tak kunjung reda seolah semesta sedang menangis. Aku pun mulai cemas karena kelemahanku adalah berjalan saat kondisi dingin dan basah. Kakiku selalu bermasalah saat basah. Dan ternyata benar kakiku keram sehingga aku harus berhenti sejenak untuk meredakan keram.

Aku berjalan sambil membaca apa-apa yang bisa di baca. Hujan begitu deras. Jalurpun tertutupi aliran air. Sesekali kami beristirahat untuk sekedar melepas lelah, ngemil atau menunggu teman yang lain. Karena aku baru kenal mereka tak banyak yang bisa aku lakukan, tapi namanya pendakian jalan bersama adalah cara semesta mendekatkan kita. Saling bullylah, tegur-sapa dengan pendaki lain dan mengenal satu sama lain.

Hari semakin sore, langitpun enggan menampilkan wajah cerahnya sesekali hujan reda dan hanya sisa-sisa gerimis. Semakin malam gerimis mulai reda. Tetapi pos 2 yang kita tujupun belum terlihat. Kami tetap berjalan entah sampai kemana, jalannya benar-benar tak bersahabat, jalur yang gak mau beri kami bonus, nanjak tiada henti. Ditengah perjalanan sesekali kami melihat kebelakang. Kamipun terdiam sebentar, maha gagah kota malang bersinar dengan indahnya. Lampu-lampu kota berkedip-kedip dan dibalik gelapnya malam pun masih terlihat julangan pegunungan di Jawa Timur entah itu gunung apa tapi begitu indah.

Perjalanan benar-benar kami nikmati. Jika aku lelah kupalingkan mata ini kebelakang, menjeda sembari memuji. Kamipun sampai di  pos 2 Kop-kopan mendirikan tenda, makan bersama dan beristirahat.

"Selamat ulang tahun.. buka dong tendanya" pinta faiz sambil sodorin api dikorek gasnya
Malam itu tepat ulang tahun sri. Faiz dan arif pun memberi kejutan dengan masuk tenda kami. ada saja kan ulah mereka berdua.
Selamat ulang tahun sri.
Malam itu ditenda kami begitu sakral mungkin karena sebuah doa terucap dibibir wanita yang sedang beranjak usia
"Semoga aku segera hijrah" Pintanya sederhana.

Sabtu, 10 Desember 2016
Datangnya pagi, mengharuskan kami bergegas. Perjalanan kami masih panjang. Belum sempat rindu aku lepas malam tadi. Tujuan kami hari ini adalah Lembah kijang. Kami akan mendirikan tenda di Lembah Kijang karena estimasi untuk muncak ke Puncak Welirang serta terdapat sumber air yang lebih bersih dari Pondokan.

"Tendanya robohin!" teriak nanda yang mau merobohkan tenda salah satu dari kami. Kami harus segera bergegas karena perjalanan menuju Lembah Kijang masih jauh. Kurang lebih 6-7 jam waktu yang dibutuhkan dari Kop-kopan hingga Lembah Kijang.

Popi dan me
Satu persatu dari rombongan kami mulai berjalan. Seperti biasa jalur masih sama seperti dari basecamp menuju kop-kopan. jalur berbatu dan menanjak. Aku berjalan didepan bersama popy dan mas nanda saat itu aku masih menikmati ritme jalanku hingga pertengahan aku mulai kelelahan dan sampailah aku diposisi belakang bersama arif, sri dan mas dika.

"Kalau lelah tidur dulu aja ka" saran sri
Aku pun tidur sejenak bersama sri dijalur menanjak. Mas dika dan arif pun menunggu kami yang sedang tidur. Saat itu langit tengah mendung tapi aku merasa tenang saat berhadapan langsung dengan langit. Damai  rasanya saat beratapkan langit meski gerimis masih menemani kami.




Sri meminta arif dan mas dika untuk jalan duluan karena aku dan sri cukup lama berjalan akibat kaki kami yang bermasalah. Aku dan sri benar-benar menikmati setiap jeda. Seolah teringat salah satu pesan dari buku Pejalan Anarki

"Nikmatilah jeda, terlalu banyak keindahan yang terlewatkan dalam ketergesa-gesaan"
(hal. 375)

Ku renungkan benar-benar, ku nikmati setiap langkah. Jika kami tak kuat berjalan kami duduk sambil memperhatikan sekitar.
Saat kami duduk tiba-tiba datang seseorang dari arah atas.

"Ka siapa itu yang datang" tanya sri
aku pun melihat kearah atas ternyata itu mas nanda.
Mas nanda pun menghampiri kami dengan raut wajah serius. Ia meminta membawakan kerir kami karena melihat wajahnya yang seolah kesal akupun langsung memberikan tasku dan nanda pun bergegas membawa dua kerir. Kami mengikuti langkah nanda dari belakang. Nanda terlampau cepat untuk dikejar entah kekuatan apa yang dimiliki oleh kakinya padahal ia membawa dua kerir. Diapun terus berjalan hingga tak terlihat wujudnya.
Jadi usut punya usut ternyata mas nanda ini sedang termakan api cemburu *uwow* gak cemburu juga sih tapi entahlah mungkin hatinya yang tau..ahahaha itu yang menyebabkan dia lari seperti dikejar-kejar sesuatu. Popi pun sempat mengira lain. Dia kira terjadi sesuatu dengan aku dan sri karena melihat ekspresi wajah mas nanda sambil lari dengan cepat bawa dua kerir. Cerita inilah yang diulang-ulang diceritakan oleh mas nanda saat malam yang menyebabkan aku sri dan popi tak bisa tidur..hadeuhh

Kami mendirikan tenda di Pondokan karena kondisi beberapa dari kami yang sudah cukup lelah. Diluar tenda para lelaki masih asyik dengan cerita mas nanda yang diulang-ulang. Entah pukul berapa akhirnya aku sri dan popi berhasil tidur dan suara para lelakipun berubah dengan adu trek-trekan. Kita semua teramat lelah. Hening malam itu menemani kami. Semua pun masuk ke alam mimpi masing-masing.

Cerita bersambung ke part selanjutnya.
Maafkan ya pake bersambung segala, Jadi kaya sinetron tersanjung ya apa tersayang??
*Sinetron menunjukkan umur..ahaha* kalau zaman sekarang mah kaya tukang bubur naik haji
Maafkeun ya jadi terbagi-bagi.

Sumber Foto: Dokumentasi @za_prans

Kamis, 05 Januari 2017

Gunung Arjuno 3339 mdpl: Perjalanan menuju stasiun malang


Akhir tahun 2016 aku tutup dengan pendakian gunung arjuno bersama empat belas orang teman baru.
Pendakian ini merupakan pendakian pertama dan terakhirku ditahun 2016. Dan merupakan pendakian terlama juga pertama kalinya aku menginjakkan kaki diketinggian tiga ribuan. *bangga *terharu *gakpenting

Sebelum berangkat aku mengabari teman-temanku bahwa aku akan melakukan pendakian ke gunung arjuno dan respon mereka adalah mereka gak yakin kalau aku bisa nanjak arjuno secara gunung batu dijonggol saja aku lama dan kewalahan gimana arjuno?? *sedihkan
Tapi aku yakin saja toh sudah banyak pendaki yang sampai ke puncak nya.
Awalnya aku akan melakukan pendakian ke gunung rinjani tapi karena satu dua hal di cancel. Akhirnya sri ngajak aku ke arjuno. Sri adalah rekan kerja yang hobi naik gunung. Dia teman ngobrol eh bukan deh lebih tepatnya teman gosip..ahaha kita nyambung banget kalau ketemu pasti bahas tentang gunung, jalan-jalan dan islam. Aku suka cara dia berfikir dan bertindak meski sering panikan tapi kita nyambunglah kalau sudah ketemu.
Lewat obrolanlah dia mau ngajak aku buat nanjak bareng. 

Akupun mulai mempersiapkan pendakian arjuno. Aku cari info mengenai pendakian arjuno. Setelah berselancar di dunia maya, koq info lebih banyak tentang hal-hal mistis di gunung arjuno ya??
Wew, ini gunung gak ada oke nya ya?? *emot kepala sambil keluar setetes keringat*
Tapi lupakan info mistis itu. Setiap perjalanan adalah berbeda. Ada cerita sendiri. Nikmati dan enjoy saja.

Gunung Arjuno merupakan gunung yang masih aktif yang terletak di Jawa Timur dan di apit antara kota Malang dan Pasuruan. Gunung Arjuno mempunyai ketinggian 3339 meter di atas permukaan laut. Kerenkan, tiga ribu ciiiin.

Selain cerita mistisnya, gunung arjuno mempunyai pemandangan puncak yang khas dengan bongkahan bebatuan, gunung Arjuno juga mempunyai jalur pendakian yang sangat terjal.

Gunung arjuno berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soeryo. Puncaknya bersebelahan dengan puncak gunung welirang yang masih berada dalam satu punggungan. Gunung Arjuno dikenal sebagai tempat pemujaan sejak jaman Majapahit, dimana sampai sekarang di lokasi ini masih banyak ditemukan peninggalan bersejarah berupa bangunan-bangunan pemujaan seperti arca maupun candi.

Kami yang terdiri dari team bogor janjian pukul 10.00 WIB di stasiun bogor dan berhasil berangkat pukul 12.30 WIB *tepuk tangan* fix jam kita sama seperti jam umumnya yaitu jam karet..ahaha

Lanjut perjalanan menuju stasiun senen aku, popi, arif, cahyo, oji dan mas dika berangkat bareng sementara sri dan kang asep menyusul langsung ke stasiun senen. Aku sendiri baru kenal dengan yang lain hanya sri dan popi yang benar-benar mengenaliku tapi awal kenalan kita sudah gampang ngobrol, ngalor-ngidul kemana-kemana bahkan gak segan untuk sekedar tolong menolong. Setelah berempong ria kami sampai distasiun senen. Buru-buru arif cetak tiket. Setelah selesai kami berlari ala film 5 cm dengan kerir yang amat berat menuju kereta padahal kereta belum jalan tapi tetap saja drama 5 cm tetap berjalan..ahaha

Kereta yang kami naiki yaitu matarmaja jurusan malang. Perjalanan kami tempuh selama tujuh belas jam. Kebayangkan bagaimana lelah dan capenya itu perjalanan. Kita harus duduk diruang besi selama itu.. owh tidak.

Perjalanan kami isi dengan makan, minum, ngobrolin apa-apa yang bisa kita obrolin mulai dari gak penting, penting, agak penting dan sangat penting tapi lebih banyak bahas yang gak penting deh.wkwk

Sesekali ngobrol bareng tetangga sebelah. Untungnya aku duduk satu kursi dengan faiz dan arif yang gak ada habisnya ngelawak, usil dan baik hati. Ada satu tingkah mereka yang bikin satu gerbong ngeliatin mereka. Tengah malam dua bocah ini kedinginan akibat AC yang ngehadap langsung ke mereka karena ingin tidur nyenyak mereka pun tutup lubang AC dengan syal torajanya. Hadeeh aksi mereka dilihat oleh seisi gerbob bahkan ada yang foto mungkin akan diunggah di medsos. Ada aja kan tapi baik sih kita ikut merasakan jadi gak begitu dingin udaranya. Merekapun bisa tidur untuk sekedar melepas lelah.

Tidur, bangun, nyemil, ngobrol itu yang bisa kita lakuin. Sesekali pemandangan puncak gunung terlihat dikanan kiri tapi kita gak tahu itu gunung apa.
Tahu jonder yang katanya tahu dari sponsor menemani rasa lapar kami.

Stasiun malang merupakan stasiun terakhir pemberhentian kereta matarmaja tapi tetap saja resah kalau salah turun. Padahal jelas turunnya dipemberhentian terakhir yaitu stasiun malang..ahaha Sesekali baca nama stasiun, sudah sampai stasiun manakah kit?? Dan beberapa menit setelah berhenti kerata mulai memasuki stasiun malang.

Welcome malang!

Gak sempat foto karena ngejar ke basecamp. Udah segitu aja. Cerita berlanjut ke part berikutnya.

Sumber foto: Dokumentasi @za_prans