Minggu, 16 April 2017

Menjelajah di indogreen 2017



Indogreen environment and forestry expo 2017 merupakan pameran lingkungan dan kehutanan terbesar di Indonesia, diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Diadakan di gedung Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta.

Seminar, talk show, workshop, temu bisnis dan pameran merupakan serangkaian acara yang diadakan di indogreen. Terdapat booth-booth yang berhubungan dengan hutan dan lingkungan di indonesia.

"welcome to the jugle" kalimat sambutan yang akan kita jumpai memasuki gedung indogreen. Konsep hutan dengan properti flora dan fauna dibuat diawal memasuki selasar panggung utama.

Booth-booth berjejer mengelilingi panggung utama. Mulai dari booth perusahaan yang bergerang di bidang lingkungan dan hutan, Kementrian LHK, Organisasai-organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan hutan, BPOM, Taman Nasional dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia.

Perusahaan besar seperti ANTAM dan TIMAH ikut berpartisipasi dalam acara ini. Kita jumpai saat memasuki gedung utama.  Perusahaan lain seperti APRIL, APP, Sinar Mas, tambang dan lainnya pun ikut berpartisipasi memeriahkan acara ini. Selain memberi edukasi juga sarana informasi untuk para pembisnis.

Terdapat pula galeri yang berisikan kekayaan alam indonesia. Melintasi galeri kita akan memasuki booth BPOM. Kekayaan hutan dapat di manfaatkan sebagai obat dan makanan maka BPOM pun berperan dalam pengawasan mulai dari bahan baku, pengolahan, produk jadi hingga sertifikat layak edar di Indonesia.

Booth yang menjadi perhatian ku adalah Booth Taman Nasional dan BKSDA. Setiap booth di design menarik serta ada edukasi dan informasi terkait daerah masing-masing.

Taman nasional yang aku cari adalah taman nasional gunung rinjani berkeliling dari booth satu ke yang lain ternyata tak ku hampiri khusus gunung rinjani hanya ada terpampang BKSD Nusa Tenggara Barat.

Berkeliling dari booth ke booth sama dengan berkeliling di Indonesia karena kita akan diajak menjelajah mulai dari barat indonesia yaitu Aceh hingga timur indonesia yaitu Papua. Dengan beragam informasi seputar hutan, gunung, pariwisata dan alama daerah tersebut. 

Perhatianku terhenti saat berada di booth Taman Nasional Gunung Leuser selain karena sedang menggila dengan pendakian karena booth ini memberikan informasi mengenai gunung leuseur dan booth ini cukup unik. Kembali perhatianku terhenti pada salah satu booth yaitu Taman Nasional Gunung Bromo tengger booth yang di fasilitasi proferti untuk foto serta terdapat Bunga Edelweis yang sudah di awetkan tak usah diperdebatkan tentang bunga edelweis yang tak boleh dipetik karena di beberapa daerah seperti bromo dan dieng bunga edelweis dapat ditemui dijual oleh masyarakat dari hasil budidaya. Terdapat pula film dokumenter mengenai keindahan alam bromo yang diputar di booth TN Bromo tengger.

Kemudian ada booth yang aku lupa daerahnya tapi pakaian daerah serta alat musik diperagakan guna menarik pengunjung. Aku tak sempat menghampiri karena saat itu pengunjung di booth ini cukup padat tetapi musik khas yang dimainkan begitu enak didengarkan. 

Berjalan ke arah panggung utama menghampiri BKSDA yogyakarta terdapat miniatur tugu jogya didepan booth serta informasi mengenai yogyakarta.

Terakhir yang sangat menarik perhatianku adalah pulau Sumatera Barat daerahnya orang tua ku. Memandangi gambar kelok 44 yang terpajang di dekat booth BKSDA Sumatera Barat membuatku rindu akan kampung halaman orang tua serta ke elokan lembah anai dan bukit tinggi. Ingin rasanya menjelajah sumatera barat kembali.

Masih banyak booth yang belum sempat ku hampiri. Secara keseluruhan acara ini bagus dan edukatif. Hasrat pun semakin besar untuk menjelajah negeriku indonesia.

Senin, 10 April 2017

Gunung Lawu: Menuju Puncak



Sambil menahan udara dingin yang masuk merayap kedalam tenda, dengan penuh keengganan aku membuka tenda.

Pagi itu saat cahaya mentari belum siap menyinari bumi tenda sebelah sibuk menyiapkan perbekalan summit.

Sambil menunggu tubuh beradaptasi dengan udara pagi. Kami mencoba mempersiapkan diri untuk summit pagi ini ditemani minuman hangat yang dipersiapkan hanjar semalam.

Hanjar yang dibantu arif dan kang asep sibuk diluar tenda tengah menyiapkan sarapan. Entah apa yang mereka buat. Perut harus terisi bila akan summit. Dan beberapa potongan sandwich pun siap kami santap makanan yang mampu mengganjal perut kami.

Pagi itu tubuh masih bisa bersahabat dengan udara dingin. Ketika hendak berangkat. Kami memperhatikan tetangga dibelakang tenda.

"mba kikiii" teriak kami bertiga

Ternyata 12 pendaki yang bareng dengan kami saat menuju basecamp salah satunya mendirikan tenda tepat belakang tenda kami. Tadi malam terlalu lelah untuk mampir ke tenda sebelah.

Setelah pamit duluan untuk summit. Kami pun berjalan beriringan. Untuk mencapai puncak lawu dibutuhkan waktu sekitar 6 jam tapi itu versi normal dari basecamp kalau kami mungkin 6 jam lebih dikit itu pun dari pos 3..wkwk

Jalan menanjak membuat kami kelelahan. Baru beberapa langkah kami sudah istirahat saja. Hingga istirahat kedua hanjar, arif dan kang asep memutuskan jalan duluan.

Kami kembali bertiga jalan bersama. Setidaknya mereka memberi ruang kepada kami untuk belajar, memotivasi diri dan mencoba berusahan kembali. Kami sudah tak bawa kerir seharusnya sudah lebih mudah berjalan dan bisa lebih menaikkan ritme jalan dari sebelumnya.

Berburu waktu mungkin harus lebih kami hargai ketimbang banyak istirahat dengan alih-alih menikmati jeda. Setidaknya kita harus berusaha sampai puncak bukan pasrah sesampainya saja.

Aroma pepohonan mulai tercium lebih dalam dihidung kami. Aroma khas yang hanya bisa dirasakan dipegunungan. Setapak demi setapak kami langkahkan kaki.

Hari itu baru kami bisa merasakan perjalanan. Menikmati alam. Berpapasan dan bertegur sapa dengan pendaki lain.
Setelah berjalan cukup jauh kami belum juga sampai di sabana. Ku liat peta yang tersimpan digaleri hpku seharusnya setelah melewati pos 4 kami melewati sabana terlebih dahulu baru pos 5.

Foto-foto dan istirahat sejenak. Saat itu eca merasa sesak dan meminta berhenti terlebih dahulu. Nampaknya diatas sabananya. Tapi aku tunggu eca dulu dan memintanya beristirahat.

Tak lama dua orang pria yang kami kenal muncul melewati batang pohon yang tumbang.

Kembali aku tertawa dan membenarkan feeling ku pada sri bahwa mas tirta dan mas edi pasti nyusul kesini.

Dengan tampang tak mau ditertawakan kami hanya tersenyum dan langsung meminta minum pada mas tirta.

Setelah membekali dengan snack mereka berdua langsung berjalan dan meminta kami untuk istirahat didepan saja.

Setelah eca mampu untuk berjalan kembali kami langsung mengikuti mas tirta dan mas edi.

Sabana didepan kami begitu luas dan senang rasanya bila duduk lama disini.
Kembali berjalan melewati pos 5 dan bulak peperangan dengan latar yang cukup terkenal dimedia sosial. Tak lupa kami pun berfoto disini. Ingin rasanya berlari kesetiap ujungnya tapi aku tidak mempunyai kemampuan itu.

Sesampainya di sabana pos 5 kami beristirahan menghampiri kelima rekan kami yang jalan duluan. Ledekan kata mandiri dan melehoy nampaknya akan menjadi hastag selama pendakian ini.

Menyusuri sabana yang begitu luas. Kami tertinggal kembali akibat banyak istirahat. Entah karena ritme mereka yang cepat atau karena ingin memberi ruang kembali untuk kami belajar.

Selama perjalanan menuju hargo dalam kami berpapasan dengan beberapa pendaki yang perna menawari bareng saat di basecamp.

"mba-mba yang mau mandiri itu ya?  Foto dulu yu mba" ajak seorang lelaki

Akibat kami jalan bertiga saja dan ingin mandiri setiap berpapasan dengan pendaki lain pasti ada yang merespon dengan mengasihani, salutlah dan ingin berfoto dengan kami. Berasa menjadi artis dadakan. . Wkwk

Hari semakin siang. Perjalanan kami lanjutkan. Sebelum memasuki pasar dieng eca meminta istirahat tidur 5 menit saja. Nampaknya eca benar-benar didera kantung. Kamipun menepi dan mencari lapak masing-masing. Aku dan sri tak bisa tidur akibat panas terik. Bayangkan saja diluas nya sabana tidak ada pohon besar untuk berteduh apalagi siang hari saat matahari mulai berada pas diatas kepala.

Hilir mudik pendaki menyapa kami dan meminta duluan. Tak lupa menyemangati kami. Suatu kondisi yang selalu dirindu dari pendakian.

Lebih dari 5 menit eca tertidur akhirnya kita bagunkan dan bergegas menuju warung mbok yem. Kami rasa kelima rekan kami menunggu disana.

Memasuki pasar dieng suasana lebih syahdu. Kabut sempat menghampiri. Aku sempat tak paham melewati jalur ini karena penanda yang membuat ambigu dan benar akhirnya kami salah jalan. Sri meminta kesebelah kiri mengikuti tanda yang satu nya. Setelah melihat tangga menuju bangunan yang menyerupai warung. Kami mengikuti jalan tersebut dan menaiki tangga. Terlihat mas edi yang menunggui kami dan mengarahkan ke warung mbok yem.

Warung mbok yem terletak sebelum puncak. Biasanya para pendaki mampir untuk beristirahat dan mengisi amunisi (*makan)

Istirahat, makan dan lanjut perjalanan menuju puncak lawu. 

Puncak hargo dumilah gunung lawu dengan ketinggian 3265 mdpl.
Alhamdulillah 6 pasang kaki yang berniat untuk mandiri ini sampai juga dipuncak lawu dengan bantuan kelima rekan kami. 

Tidak ada moment spesial sebenarnya. Haru pun tak ada. Karena sebelum itu kami sudah terlebih dulu mensyukuri setiap apa-apa yang kami peroleh hingga sampai puncak.

Minggu, 09 April 2017

Gunung lawu: Mental kami



"Mas tirta fix ke sumbing ka" sri memberi kabar.

"koq feelingku mas tirta minggu ke lawu ya? mereka ke sumbing jumat malam bisa dong sabtu/minggu turun dan langsung cus ke lawu? " jawabku

"haha si kaka.. iih ka ini anak-anak beneran nyusul kita"

"siapa?"

"ka arif, hanjar dan kang asep"

Seketika aku sedikit tenang.

Solo jebres didominasi oleh penumpang yang menggunakan tas gunung. Waktu itu bertepatan dengan week end dan hari kejepit nasional. Waktu yang bagus untuk liburan.

Ditengah keramaian para pendaki. Kami bergegas mencari tebengan yang akan naik lawu via candi cetho. Beberapa pendaki kami tanyai hendak kemana dan rata-rata pendaki yang kami tanya adalah peserta open trip lawu dengan jumlah 60 orang.
Waw,  bagaiman panitia mengatur ke 60 orang di gunung ya? Pikirku yang heran.

Sri dan eca menanyai pendaki yang ada diluar stasiun. Ada yang merespon sekenanya, ada yang menolak.
Ternyata mencari tebengan tak semudah itu ya. Seperti jodoh kali ya. Kita mau dianya gak mau.  Wkwk #apasihAku

Dan terakhir kami bisa bareng bersama 12 pendaki asal jakarta yang akan naik ke lawu via candi cetho.

Setelah semua siap kami meluncur menggunakan pick up. Teman-teman barengan kami ini cukup ramah. Mereka rata-rata pekerja kantor yang menyukai naik gunung, hobi yang sama sepeti kami.
Selama perjalanan kami harus di drop ke mobil yang lain sebanyak dua kali. Pak supir kira kami akan ke cemoro sewu padahal dari awal sudah dikabari bahwa kami akan ke cetho. Setelah dibicarakan oleh bang anto selaku leader kedua belas pendaki ini akhirnya terjadilah tranfer penumpang karena mobil pick up yang kami gunakan tidak bisa dikendarai di track menuju candi cetho. Begitulah perjalanan terkadang tak selancar yang kita pikirkan.

Menjelang subuh hujan turun dengan derasnya. Aku, sri dan eca hanya saling pandang. Aku tidak mau menanyakan apa yang kedua temanku rasakan. Apa mereka khawatir dengan pendakian kita atau apalah. Aku hanya sibuk membereskan dudukku yang mulai dirembesi air hujan.

Mobil melaju memasuki perbukitan ketika itu hujan mulai reda. Hanya ada kabut yang menutupi pandangan. Sesekali terlihat kilatan petir. Aku melihat kesetiap puncak entah itu puncak lawu atau puncak bukit berharap pendakian kami lancar.

Sesampainya di Candi cetho kami bergegas mencari basecamp dan pamit pada kedua belas pendaki ini. Udara pagi itu begitu dingin. Aku mulai menggigil mungkin jika aku tetap berdiam diri akan semakin kedinginan.

"kita bareng aja naiknya" ajak bang anto

"gak apa-apa bang kita bertiga aja mau belajar"

Beberapa teman bang anto meminta untuk bareng tapi kami tetap menolak dan beralasan ingin packing ulang dan istirahat dulu. 

Basecamp yang tak cukup luas itu di penuhi pendaki asal boyolali. Kami dipersilahkan masuk untuk beristirahat.

"Mba, bertiga saja? " tanya seorang mas.

Basa-basi pun terjadi hingga merekapun mengajak bareng naik ke lawu.
Kami hanya bisa menolak dan menyampaikan tujuan kami kesini.

Packing ulang, basa-basi dengan pendaki lain dan mandi kami lakukan sambil menunggu kehadiran hanjar, arif dan kang asep. Sebelumnya mereka memberi kabar kalau akan sampai basecamp sekitar jam 12 siang. Terlalu lama kami menunggu hanjar dkk akhirnya kami memutuskan untuk jalan duluan walau telat dari jadwal kami sebelumnya. Seharusnya kami mulai nanjak jam 9 tetapi tepat jam 10.30 kami baru memulai pendakian.

Tak lupa foto peta dan pelajari bersama. Sebenarnya ngerti gak ngerti dan ingat gak ingat tapi foto dulu saja kali guna.

"kalau ada hanjar, aku mau bawa daypack aja! " ucap sri

"Alhamdulillah" teriak aku dan eca berbarengan. Sembari menertawai sri.

Sebenarnya aku dan eca menunggu dari awal sri mengizinkan hanjar dkk untuk membantu kami tapi dia bersikeras untuk mandiri. Dan kita hanya bisa menertawakan sri yang tengah menyerah serta menertawakan usaha gila kita.. Wkwk

Sri tak mau menghubungi hanjar. Ia tak mau jadi bahan tertawaan hanjar dkk dan akhirnya akulah yang menghubungi mereka.

"arif kalian dimana? " chat ku pada arif
Ternyata arif sedang off. Akupun chat hanjar ternyata dia pun off.
Tak ada kabar kamipun memutuskan untuk jalan duluan. Setelah berdoa kami lanjut jalan. Melintasi tempat makan yang dibangun untuk pengunjung candi kethek, Seketika selera makan bertambah hingga kita putuskan makan dulu sebelum nanjak. (*padahal alibi buat nungguin hanjar dkk) 😂

Lanjut jalan mengikuti papan petunjuk menuju puncak. Aku jalan didepan, sri ditengah dan eca dibelakang. Formasi ini kami sepakati karena aku lebih bisa lihat petunjuk jalan dan sri lebih bisa mengimbangi ritme jalanku. Eca meminta dibelakang dengan bawaan barang lebih berat dari kami. Barang bawaan telah kami sepakati aku bawa logistik dan peralatannya, sri tenda dan eca minum sebanyak sembilan liter dan sisa enam liter akibat bocor masuk tenggorokan eca.. Ahaha satu liter doang sih sisanya bocor beneran. Ya eca hobi banget minum. Begitupun sri tapi saat itu tumben volume minum mereka sedikit berkurang dari biasanya.

Belum sampai candi kethek kita sudah kelelahan. Tak jarang tukar kerir guna menyeimbangkan punggung masing-masing. Lewat dikit candi kethek tepat di pertigaan tulisan menuju puncak kami berhenti sejenak.

Kami lebih sering kelelahan entah karena barang bawaan atau mental kami saat nanjak. Persiapan nanjak memang sudah cukup sempurna bisa dilihat dari barang bawaan kami mulai dari persiapan energi, persiapan jika dalam bahaya, hingga persiapan agar tak hypotermia. Tapi tidak dengan mental kami. Ada kekhawatiran tersendiri untuk pendakian mandiri ini. Tapi apa yang bisa diperbuat? Hanya meyakinkan diri bahwa kami bisa, ingin menguji sampai mana batas kami, belajar percaya pada diri sendiri, berjuang lebih keras. Semesta punya cara sendiri untuk mengajarkan kami.

Dalam peristirahatan. Datanglah pendaki yang aku lupa mereka dari mana. Mereka menawari kami untuk jalan bersama bahkan mau membawakan kerir kami. Seperti biasa kami hanya bisa menolak. Aku tak mau keinginan kami hanya merepotkan orang lain mungkin mereka tak merasa direpotkan. Bukankah bersama dan kawan baru adalah anugerah perjalanan? Tapi kembali bukan itu yang kami cari.

Aku sibuk mengecek hp berharap ada chat dari hanjar atau arif. Sinyal yang hilang pergi seperti menandakan harapan kami akan kedatangan hanjar dkk.

Arrgh berharap seperti itu membuat aku benar-benar lelah. Lebih baik fokus berjalan dan berusaha bersama. Ku putuskan mematikan hp. Dan sebelumnya ku kabari arif bahwa kami berada diantara pos 1 dan 2, plis susul ya. Itu bunyi chat terakhir ku yang entah masuk atau tidak. Lebih khawatir lagi ketika kaki eca keram dan dia terpeleset. Ditambah kekesalan sri karena eca yang tak mau tuker kerir dan tak mau jalan duluan. Pertengkaran-pertengkaran kecil mulai mewarnai perjalanan. Suara-suara mulai meninggi. Tapi untungnya kami bertiga bukan tipikal manusia yang bertahan dengan kondisi kesal. Beberapa menit kemudian semua mereda, memilih mengalah mengikuti karakter masing-masing. Karena sri paham betul bahwa eca bukan sesosok yang mau nurut pada aku dan sri. dan aku adalah tipe orang yang lebih percaya pada mereka. Aku akan menawari bantuan tapi jika mereka tak mau dibantu ya aku percaya pada mereka. Serta eca sesosok yang tak mau merepotkan orang lain.

Aku mulai memfokuskan jalan dan memikirkan keadaan kita. Tujuan kita pos 3 dan mendirikan tenda disana. Kalau tidak sampai pos 3 sebelum gelap kita cari lapak untuk nenda tapi kalau gak dapat lapak juga kita turun itu pinta ku pada sri.

Ku kayuh kakiku. Ku tawari sri dan eca minum. Sudah sekitar empat jam kami berjalan. Pos 2 belum juga terlihat. 

Sri meminta untuk beristirahat.
Ditengah istirahat itu tiba-tiba lelaki mengenakan baju hitam lengan hijau dengan style khas arif terlihat oleh sri. Eca pun berteriak

"ka ariiif"

"siapa ya? "

Tiba-tiba wajah kami bertiga berubah. Mental yang tadinya layu berubah jadi bergairah. Mereka datang. Arif, hanjar dan kang asep.
Betapa bahagianya kami. (emot haru bahagia ala wa)

Bergegas arif dan hanjar bertukar kerir dengan eca dan sri. Kini, eca dan sri membawa daypack yang lebih ringan dari kerir mereka
.
"sekarang bawa daypack, bisa lari ya?" ledek hanjar

Kami hanya bisa tertawa.
Ketiga lelaki ini mulai membully kemandirian kami. Celoteh kata "melehoy" pas dilayangkan hanjar kepada kami.

"Pendaki melehoy"
"KCP melehoy"
"Mandiri atuuuh"

Kami hanya ikut tertawa. Menertawai kelakuan kami. Menertawai kegilaan dan gengsi kami.

Akhirnya kami berenam berjalan bersama menuju pos 3. Seperti biasa kami lebih banyak istirahat,  ngemil dan membully. Hanjar mengingatkan untuk jangan banyak istirahat kita harus cepat sampai di pos 3 sebelum malam. Jalur menanjak tak kami hiraukan. Kami lebih banyak membicarakan dan menertawai diri kami sendiri.

"mandiri atuuuhh"

entah mereka bertiga menyemangati kami atau meledek kami..haha

Sampai di pos 3. Hanjar, arif dan kang asep bergegas mendirikan tenda. Hasil belajar mendirikan tenda aku dan sri pada malam sebelumnya tidak kami aplikasikan. Kami hanya menyaksikan mereka mendirikan tenda sembari beralasan kita lama kalau mendirikan tenda..hehe

Setelah tenda berdiri. Arif mulai memasak. Betapa enaknya kita. Mandiri tapi tenda didirikan,  makan dimasakin dan bawaan dibawain..hehe

Setelah makan kami berisitirahat untuk persiapan esok summit. Hanjar mengambil alih konsepan pendakian kami. Dengan segala pertimbangan kami mengikuti usul hanjar untuk summit esok hari tanpa bawa kerir dan turun kembali ke tenda, bermalam kembali dan lusa nya kita turun ke basecamp.

Malam itu pos 3 cukup ramai tapi kami berhasil tidur nyenyak akibat kelelahan.
Terima kasih kawan ucapku malam itu. Aku memahami bahwa kami punya batas untuk bertindak dan kami butuh untuk menerima bantuan.
Perjalan selalu punya cara sendiri untuk memberikan pengajaran.

Minggu, 02 April 2017

Gunung lawu: Keberangkatan

Pagi itu kamar sri lebih mirip dengan kapal pecah. Untuk ketiga kalinya packing ulang karena barang-barang yang kami bawa tak muat di kerir. Setelah selap-selip cemilan akhirnya packing pun selesai.

Pukul 13.00 WIB kami berangkat dari kosn sri menuju stasiun senen. Saat itu cahyo atau biasa dipanggil om yo ingin ikut mengantar kami ke stasiun senen. Ya sudahlah kita izinkan. Tak lupa sri pun malak om yo untuk beli bekal perjalanan kami di kereta..hehe

Siang itu kami sampai jam tiga, masih ada waktu sejam untuk naik kereta. Kereta yang akan mengantarkan kami yaitu Matarmaja jurusan kediri dengan keberangkatan pukul 15.58 WIB. Stasiun yang kami tuju adalah Solo jebres. Setelah cetak tiket aku dan eca menunggu sri dan om yo yang sedang beli makan.

Nampaknya eca sedang tak enak badan. Sedari dikosn sri, eca sudah mual-mual. Khawatir rasanya dengan kondisi eca, ku suruh ia makanpun tak mau akhirnya dia minum obat agar rasa mualnya bisa diganti dengan kantuk. Sebenarnya yang tak sehat bukan eca saja tapi aku dan sri juga sama. Entahlah, apa sakit atau kita demam panggung akibat mau berangkat ke lawu secara mandiri. Ku alihkan pikiranku, ku ingat kembali niatan dan tujuan kami. Bismillah.

Tepat 15 menit sebelum keberangkatan sri dan om yo sampai. Kami pun langsung berlari ke peron dengan nafas yang tak beraturan dan keriweuhan membawa bekal dari om yo. Setelah pamit kepada om yo kamipun masuk ke gerbong besi dan mencari tempat duduk kami.

Bagasi telah penuh, seperti biasa kami riweuh meletakkan kerir. Semua penumpang digerbong 3 menyaksikan ketiga wanita yang tengah kesulitan merapihkan barang-barang. Tapi tak satupun yang tergerak untuk membantu. Ya sudahlah tema perjalanan kami adalah mandiri jadi semua keadaan akan mendukung kemandirian kita #piyuh

Kamipun duduk dengan muka kelelahan dan langsung melahap bekal dari om yo. Demi apapun pemberian om yo ini sesuatu banget. Terima kasih om yo, kita padamulah. (kalau ada penghargaan mungkin om yo yang akan kita beri penghargaan pertama kali.. Wkwk)

Tak terasa ternyata keluarga yang duduk didepan kami tengah memperhatikan kami. Kami pun kikuk dan senyum seperti nyengirnya kuda.
"mau kemana dek? " tanya ibu didepanku
"ke solo bu, ibu kemana? " jawabku
Keluarga tersebut hendak menjenguk anak kedua nya yang mondok disebuah pesantren daerah jombang.

Sekilas aku perhatikan keluarga ini. Mereka terlihat sederhana tapi tak lepas dari gadget. Kamipun hanya sesekali berbasa-basi.

Sesekali aku mendengar anak bungsunya murojaah (mengulang hafalan) QS. Arrahman. Tiba-tiba aku jadi penasaran apa anak ini sedang menghafal alquran ku taksir dia berumur sekitar 8 th.

Setelah ada moment untuk bertanya. Aku mulai membuka pembicaraan.
"ibu, anak ke dua nya kenapa jauh sekali mondoknya? Sekolahnya di gontor? " sedikit aku tahu pondok modern yang sudah mencetak generasi terbaik yaitu gontor dan banyak orang tua yang ingin anaknya mondok disana.
"bukan, tapi mondok daerah jombang tidak terkenal tapi pondok ini cukup bagus, tidak hanya ilmu agama tapi fokus juga ke ilmu umumnya, kebetulan ibu sendiri yang mencari infonya."
Tiba-tiba aku mulai kagum dengan keluarga ini. Ibu tersebut sangat perhatian dengan pendidikan anaknya.

Akupun menyaksikan kembali si bungsu yang tengah murojaah juz 30, didengarkan oleh ayahnya dan diperbaiki oleh ibunya. Kalau begitu kedua orang tua nya hafal juz 30 dong?? MasyaAllah aku semakin mengagumi keluarga didepanku ini.

Laju kereta semakin cepat. Entah sudah sampai mana. Aku lebih tertarik menyaksiakan keluarga dihadapanku. Ketika hendak tidur sang ibu menceritakan kisah-kisah nabi pada anaknya dengan cara saling tanya. Pembelajaran parenting yang unik. Aku hanya bisa berbisik pada sri. Betapa kita tengah dilanda kebaperan oleh keluarga ini...huhu

Malam itu sambil menunggu tiba distasiun jebres aku hanya memperhatikan keluarga dihadapanku dan asyik mengobrol dengan sri. Sayangnya aku tak bisa mengajak eca untuk membicarakan malam ini karena efek obat yang dia minum. Keluarga dihadapanku mengajarkan bahwa islam itu bukan sekedar penampilan tapi penerapannya. Malam itupun sri bercerita banyak tentang kehidupannya.

Aku mensyukuri atas setiap pertemuan dengan orang-orang baik yang bisa mengajarkanku sesuatu. Selain keluarga dihadapanku, pun sri wanita biasa tapi perjuangan hidupnya membuat aku kagum. Malam itu dia berhasil membuatku menangis. Ia bercerita betapa tuhan tengah menyayangi ia. Ditengah kesulitannya beberapa waktu lalu ada saja karunia tuhan yang membuat dia takjub. Bermula dari sedekah sampai Allah beri kemudahan atas semua kesulitannya. Disitu aku benar-benar menangis. Tuhan begitu menyayangi sri.

Tuhan terima kasih atas perjalanan ini. Belum sampai puncak lawu Kau berikan pengajaran yang berharga dihadapanku.