Minggu, 29 Oktober 2017

Medan: Ziarah sambil jalan-jalan

Halaman Mesjid Azizi

Selamat datang di kota medan.
Sampai di bandara internasional Kualanamu suasana jadi berubah.
Di medan udara panas dan saat itu sedang gerimis jadilah lembab yang menyebabkan ke kita nya lengket ((faham kan feel nya 😅))

Eh tapi jujur bangga banget indonesia punya bandara ini, bandaranya megah. Dan merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah bandara soeta. Asli coba rasain deh ke Bandara Kualanamu bahkan untuk fasilitas sudah berkelas dunia, semua aktivitas sudah terkomputerisasi katanya sih ngikutin malaysia dan singapura. Kurangnya itu pelayanan dan SDM nya masih harus ditingkatin. Secara keseluruhan mudah dan top lah fasilitasnya. Coba ke toiletnya. Sampai ada edukasi mengenai sampah pembalut dan tisu. Keluar dari pesawat langsung masuk gedung bandara dengan jalan yang bersih, sejuk dan wangi. Dari bandara kita bakal keluar tol. Luas jalanannya itu hampir sama kaya di soeta. Kalau liat dari depan beneran megah kaya diluar negeri gitu deh. Gak begitu ramai jadi terlihat rapih. Menurut pribadi ini bandara terbaik yang perna dikunjungi. Tol nya pun masih uji coba dan pengerjaan sekitar awal oktober baru diresmikan.

Next dari kualanamu nerusin perjalanan ke langkat. Aku diajak bapa untuk ziarah ke makam guru yang berpengaruh sekali pada keluarga ku. Ini kali kedua. Sebelumnya saat usia enam tahun aku perna ke langkat dan yang aku ingat aku perna tidur-tiduran di mesjid azizi. Mesjid sejarah yang berpengaruh pada penyebaran islam di Langkat.

Yups, daerah yang kami tuju adalah langkat. Langkat bukan daerah yang ingin aku tinggali karena suasana kota yang biasa saja 😁. Tentang penduduk disini, mayoritasnya orang-orang melayu, cina pun ada, mereka ramah dan baik hati seperti pemilik rumah sewa yang rumah nya kita sewa ini. Rumah-rumahnya menyerupai banguan zaman dulu. Dua lantai dibuat seperti rumah toko.

Waktu itu kami disambut oleh keluarga pak slamat. Sebuah keluarga yang perna di deportasi dari timor-timor. Waktu timor-timor merdeka melepaskan diri dari indonesia. Pak slamat baik begitu pun istri dan anak-anaknya. Anak-anaknya adalah salam dan marhaban. Mereka dilahirkan ditimor-timor tapi tak perna merindukan kampung halamannya. Kalaupun rindu gak akan mau balik ke kampung halamannya yang beda negara itu. Mereka berkulit hitam, salam yang humoris dan supel membuat dia dikenal seantero kampungnya 😂 seperti selayaknya anak flores (ntah lah dia itu disamain dengan anak flores gitu deh) yang ramah, baik dan nurut dia pun sepertu itu. Kalau marhaban pendiam dan datar tapi kedatarannya yang buat orang tertawa. Merekalah yang menjamu kami hingga acara selesai.

Selama dilangkat selain berziarah aku coba keliling-keliling melihat kehidupan masyarakatnya. Di Langkat tidak ada mall bahkan hotel pun tidak ada. Tempat wisata pun tidak ada mungkin itu yang menyebabkan langkat jarang dikunjungi wisatawan dan tidak di ekspose. Yang terkenal disini adalah Mesjid Azizi yang dipakai oleh masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas keislaman. Dulu nya mesjid ini salah satu tempat penyebaran islam di medan dan saat ini yang masih dipertahankan bahkan sudah berkembang dengan adanya yayasan dan lembaga pendidikan.

Setelah acara selesai bapak membawa kita kerumah adik nenek didaerah kota Medan. Perlu waktu sekitar empat jam untuk sampai kota Medan. Belum ada hal yang menarik dari kota Medan. Makanan khas pun tak ada. Aku bertanya kependuduk sekitar mengenai makanan khas disini, dari orang-orang yang ku tanyai tak satu pun ada yang tahu. Mereka menjawab yah hampir sama dengan padang, disini banyak penjual ayam penyet mungkin banyaknya melebihi di jawa. Kalau soal makanan Medan juaranya, maksudnya disini itu banyak sekali rumah makan, restoran, jajanan. Apa orang medan hobi makan yah? Tapi yang paling juara lagi adalah duriannya. Mereka bilang belum ke medan kalau belum makan durian Medan. Dan apes nya kita pas banget lagi gak musim durian bahkan ke tempat durian yang udah terkenal banget (*padahal aku sendiri baru tahu loh) yaitu durian ucok pun lagi gak ada durian. Jadilah kita belum lengkap ke Medan karena belum ngerasain durian super murah tapi rasa nya gak ada dua nya.

Malam hari aku ditemani dede dan putri keliling di pusat kota. Berkunjung ke Mesjid agung, ke istana maimun sampai makan malam di food court sebelah alun-alun medan. Food court disini khas. Biasanya food court kan adanya di mall yah kalau disini beda, adanya di pinggir jalan.

Keesokan harinya main ke berastagi. Mungkin kalau di Bogor mah kaya puncaklah yah. Tapi view menariknya adalah gunung sinabung yang lagi erupsi. Liat pemandangannya bikin betah dan gak nyesel ke berastagi.
Mudah-mudahan bisa balik lagi buat ngerasain durian ucok 😁 danau toba dan samosir yang jadi icon nya Medan.