Sabtu, 17 November 2018

Lawang Sewu


Pertama kali tidak sengaja mampir ke Lawang sewu saat nikahan mas tirta dan mba ima di semarang. Kedua tidak sengaja juga mampir kemari saat menunggu waktu cek in di penginapan daerah simpang lima.
Inginnya berkunjung ke Lawang sewu itu untuk explore secara serius biar bisa informasiin secara baik ke yang lain, biar tahu sejarahnya tapi nyata nya kesini hanya sekedar mampir lagi.

Waktu itu benar-benar gak ada persiapan jadi cuman bisa foto. Itupun hasil foto nya gak ada yang menarik. Kedua kalinya bareng teman yang punya kamera keren dan paling bisa cari angel foto jadi kalau ditangan dia hasil foto itu selalu kece dan pas untuk di bagikan di instagram 😂

Sebelum cari tahu tentang Lawang sewu. Aku tuh berfikir kenapa lawang sewu ada. Lawang sewu yang artinya seribu pintu itu kenapa harus di bangun. Mungkin setiap ruangan di pakai untuk bekerja dan saling akses disetiap ruangannya makanya banyak pintu atau mungkin waktu itu pejuang kita main petak umpet jadi bangun seribu pintu 😅

Welll ternyata lawang sewu itu dulunya dibangun sebagai kantor pusat kereta api swasta milik belanda dengan nama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappj atau disingkat NIS. Informasi ini valid dan ditulis di papan informasi di dalam Lawang sewu. Kemudian beralih fungsi sebagai penjara yang di gunakan oleh penjajah belanda dan jepang. Sampai saat kemerdekaan menjadi saksi mata peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang. Kemudian lawang sewu di ambil alih oleh PT. KAI sebagai kantor sampai sekarang di tetapkan sebagai museum bersejarah yang bisa dikunjungi wisatawan umum.

Lawang sewu yang berarti seribu pintu itu pada kenyataannya tidak memiliki pintu sampai seribu. Dikatakan seribu karena terdapat jendela yang lebar dan banyak. Banyaknya jumlah pintu dan jendela tak lepas dari iklim Indonesia yang tropis, agar sirkulasi udara lancar. Gedung ini juga punya koneksi antar ruang dengan pertimbangan keamanan.

Berkunjung ke Lawang sewu itu emang paling menarik berfoto karena setiap sudutnya itu menarik untuk didokumentasikan tetapi jangan lupa untuk cari tahu tentang sejarahnya. Berhenti sebentar untuk membaca setiap informasi yang disuguhkan. Bangunan bergaya eropa ini megah dan semakin megah ketika lampu-lampu nyala saat malam hari.
Sayangnya dari tiga lantai yang ada di Lawang sewu saya belum sekalipun menjajaki ruang bawah tanah karena setiap berkunjung ke Lawang sewu, ruang bawah tanah selalu ditutup untuk umum. 

Next mudah-mudahan ada kesempatan berkunjung ke ruang bawah tanah nya.