Minggu, 02 April 2017

Gunung lawu: Keberangkatan

Pagi itu kamar sri lebih mirip dengan kapal pecah. Untuk ketiga kalinya packing ulang karena barang-barang yang kami bawa tak muat di kerir. Setelah selap-selip cemilan akhirnya packing pun selesai.

Pukul 13.00 WIB kami berangkat dari kosn sri menuju stasiun senen. Saat itu cahyo atau biasa dipanggil om yo ingin ikut mengantar kami ke stasiun senen. Ya sudahlah kita izinkan. Tak lupa sri pun malak om yo untuk beli bekal perjalanan kami di kereta..hehe

Siang itu kami sampai jam tiga, masih ada waktu sejam untuk naik kereta. Kereta yang akan mengantarkan kami yaitu Matarmaja jurusan kediri dengan keberangkatan pukul 15.58 WIB. Stasiun yang kami tuju adalah Solo jebres. Setelah cetak tiket aku dan eca menunggu sri dan om yo yang sedang beli makan.

Nampaknya eca sedang tak enak badan. Sedari dikosn sri, eca sudah mual-mual. Khawatir rasanya dengan kondisi eca, ku suruh ia makanpun tak mau akhirnya dia minum obat agar rasa mualnya bisa diganti dengan kantuk. Sebenarnya yang tak sehat bukan eca saja tapi aku dan sri juga sama. Entahlah, apa sakit atau kita demam panggung akibat mau berangkat ke lawu secara mandiri. Ku alihkan pikiranku, ku ingat kembali niatan dan tujuan kami. Bismillah.

Tepat 15 menit sebelum keberangkatan sri dan om yo sampai. Kami pun langsung berlari ke peron dengan nafas yang tak beraturan dan keriweuhan membawa bekal dari om yo. Setelah pamit kepada om yo kamipun masuk ke gerbong besi dan mencari tempat duduk kami.

Bagasi telah penuh, seperti biasa kami riweuh meletakkan kerir. Semua penumpang digerbong 3 menyaksikan ketiga wanita yang tengah kesulitan merapihkan barang-barang. Tapi tak satupun yang tergerak untuk membantu. Ya sudahlah tema perjalanan kami adalah mandiri jadi semua keadaan akan mendukung kemandirian kita #piyuh

Kamipun duduk dengan muka kelelahan dan langsung melahap bekal dari om yo. Demi apapun pemberian om yo ini sesuatu banget. Terima kasih om yo, kita padamulah. (kalau ada penghargaan mungkin om yo yang akan kita beri penghargaan pertama kali.. Wkwk)

Tak terasa ternyata keluarga yang duduk didepan kami tengah memperhatikan kami. Kami pun kikuk dan senyum seperti nyengirnya kuda.
"mau kemana dek? " tanya ibu didepanku
"ke solo bu, ibu kemana? " jawabku
Keluarga tersebut hendak menjenguk anak kedua nya yang mondok disebuah pesantren daerah jombang.

Sekilas aku perhatikan keluarga ini. Mereka terlihat sederhana tapi tak lepas dari gadget. Kamipun hanya sesekali berbasa-basi.

Sesekali aku mendengar anak bungsunya murojaah (mengulang hafalan) QS. Arrahman. Tiba-tiba aku jadi penasaran apa anak ini sedang menghafal alquran ku taksir dia berumur sekitar 8 th.

Setelah ada moment untuk bertanya. Aku mulai membuka pembicaraan.
"ibu, anak ke dua nya kenapa jauh sekali mondoknya? Sekolahnya di gontor? " sedikit aku tahu pondok modern yang sudah mencetak generasi terbaik yaitu gontor dan banyak orang tua yang ingin anaknya mondok disana.
"bukan, tapi mondok daerah jombang tidak terkenal tapi pondok ini cukup bagus, tidak hanya ilmu agama tapi fokus juga ke ilmu umumnya, kebetulan ibu sendiri yang mencari infonya."
Tiba-tiba aku mulai kagum dengan keluarga ini. Ibu tersebut sangat perhatian dengan pendidikan anaknya.

Akupun menyaksikan kembali si bungsu yang tengah murojaah juz 30, didengarkan oleh ayahnya dan diperbaiki oleh ibunya. Kalau begitu kedua orang tua nya hafal juz 30 dong?? MasyaAllah aku semakin mengagumi keluarga didepanku ini.

Laju kereta semakin cepat. Entah sudah sampai mana. Aku lebih tertarik menyaksiakan keluarga dihadapanku. Ketika hendak tidur sang ibu menceritakan kisah-kisah nabi pada anaknya dengan cara saling tanya. Pembelajaran parenting yang unik. Aku hanya bisa berbisik pada sri. Betapa kita tengah dilanda kebaperan oleh keluarga ini...huhu

Malam itu sambil menunggu tiba distasiun jebres aku hanya memperhatikan keluarga dihadapanku dan asyik mengobrol dengan sri. Sayangnya aku tak bisa mengajak eca untuk membicarakan malam ini karena efek obat yang dia minum. Keluarga dihadapanku mengajarkan bahwa islam itu bukan sekedar penampilan tapi penerapannya. Malam itupun sri bercerita banyak tentang kehidupannya.

Aku mensyukuri atas setiap pertemuan dengan orang-orang baik yang bisa mengajarkanku sesuatu. Selain keluarga dihadapanku, pun sri wanita biasa tapi perjuangan hidupnya membuat aku kagum. Malam itu dia berhasil membuatku menangis. Ia bercerita betapa tuhan tengah menyayangi ia. Ditengah kesulitannya beberapa waktu lalu ada saja karunia tuhan yang membuat dia takjub. Bermula dari sedekah sampai Allah beri kemudahan atas semua kesulitannya. Disitu aku benar-benar menangis. Tuhan begitu menyayangi sri.

Tuhan terima kasih atas perjalanan ini. Belum sampai puncak lawu Kau berikan pengajaran yang berharga dihadapanku.

Tidak ada komentar: